
Budiman Tanuredjo (KOMPAS), salah satu pembicara di seminar tersebut. ©Nawang Wulan

Para pembicara bersama ketua panita, ketua Komako, dan moderator di Seminar Nasional “Career Planinng Journalism and Public Relation”, Rabu (5/12). ©Nawang Wulan
Korps Mahasiswa Komunikasi (KOMAKO) menyelenggarakan seminar nasional bertajuk“Career Planning: Journalism & Public Relation”, Rabu (5/12). Acara ini berlangsung di gedung Auditorium Kamarijani-Soenjoto, Fakultas Teknik Pertanian UGM. Seminar tersebut menghadirkan Budiman Tanuredja (Wakil Pimpinan Redaksi Kompas), Budi Santosa (Pemimpin Redaksi Okezone.com), dan Abdul Kohar (Kepala Pemberitaan Media Indonesia) yang mengisi sesi jurnalistik. Pada sesi Public Relation (PR), hadir praktisi PR Budi Darmawan (Djarum Foundation), Raldi Doy (Manajer PR TV One), dan Tribuana Tunggadewi (Corporate Secretary Bank BNI 46).
Career Planning: Journalism & Public Relation merupakan rangkaian kegiatan berupa seminar nasional dan FGD (Focus Group Discussion) yang berlangsung hingga Kamis, (6/12). “Ini merupakan acara perdana dari divisi Litbang KOMAKO,” ujar Sari Dewi Ayuningrum, mahasiswa Ilmu Komunikasi UGM angkatan 2010 selaku ketua panitia. Acara ini dihadiri peserta yang berasal dari 16 universitas di seluruh Indonesia. Career Planning: Journalism & Public Relation mengupas wacana dunia kerja jurnalistik dan PR.
“Dunia kerja jurnalistik terbuka lebar bagi siapapun,” ungkap Budiman Tanuredjo. Kesempatan menjadi pekerja jurnalistik terbuka luas, tidak harus berlatar belakang komunikasi. “Asalkan memiliki kemampuan dan mau berusaha untuk terus maju,” tambahnya.
Budiman juga memaparkan peran media sebagai kontrol sosial. Media berperan dalam mengawasi pemerintah ketika kebijakan yang diambil mulai tidak berjalan sesuai koridor. Media juga mendewasakan masyarakat untuk memahamkan kembali nilai-nilai kebangsaan sebagai kesatuan sebuah negara
Sementara itu, Budi Santosa memaparkan media yang mengalami digital revolution. Media tidak lagi konvensional dalam bentuk cetak, melainkan dapat diakses melalui internet berupa media online. Okezone.commerupakan salah satu contohnya. “Penyajian berita yang realtime dan updatemelalui media online ini memiliki nilai lebih,” papar Budi. Sehingga dalam prosesnya memunculkan lapangan kerja yang baru, tidak hanya jurnalis. Sebut saja sales marketing, marketing communication, developer, web designer, serta jurnalis itu sendiri.
Jurnalis media online tidak hanya harus taat kode etik jurnalistik, tetapi juga kode etik mediacyber. Kode etik tersebut memberi gambaran mengenai aturan teknis saat menggunakan mediaonline serta kegiatan interaksinya. Kode etik media cyber juga berisi konsekuensi yang akan didapat oleh pelanggar jika tidak menaati aturan dalam kode etik media cyber.
Selanjutnya, Abdul Kohar menjelaskan keberadaan media cetak yang tidak sepenuhnya tersisihkan oleh keberadaan media online. “Dengan cara ‘berdamai’, media cetak dan mediaonline dapat saling beriringan,” ujar Abdul. Media cetak harus memiliki nilai lebih pada kelengkapan dan ketajaman sebuah berita, karena terbitan media cetak tidak secepat mediaonline. Konten yang dimiliki media cetak harus lebih mendalam, sehingga dapat mengimbangi media online yang menyajikan berita lebih cepat. [Hanna Nurhaqiqi, Suci Amaliah, Prasda Arasy Amri ]