
Adegan tarian yang dilakukan anoman bersama kelompok kera dalam pentas Wayang Orang “Anoman Obong”,Kamis (6/12), di Taman Budaya Yogyakarta. ©Nurrokhman
Kamis (6/12) malam, Paguyuban Wayang Orang Panca Budaya mementaskan pergelaran wayang orang berjudul Anoman Obong. Pergelaran diselenggarakan di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Pergelaran ini menceritakan tentang Anoman yang menerima tugas dari Sri Ramawijaya. Anoman ditugaskan untuk memeriksa keberadaan Rekyan Sinta yang diculik Rahwana di Negeri Alengka.
Pergelaran ini bertujuan untuk menggairahkan kembali kesenian wayang orang di Yogyakarta. Ini dikarenakan kesenian wayang orang saat ini sudah mulai tergerus budaya populer. “Namun ternyata banyak anak muda yang datang. Ini membuktikan bahwa saat ini anak muda sudah mulai peduli lagi dengan kesenian wayang orang,” ujar Hari Leo AER, pemimpin produksi pergelaran.
Saat pementasan, sebanyak 38 orang penari dan 15 orang pemain karawitan dilibatkan. Yati Pesek yang berperan sebagai Trijata menjadi bintang tamu dalam pergelaran ini. Dalam pergelaran ini sempat terjadi kurang koordinasi antara pemain karawitan dan pembawa acara. Meski begitu pementasan tetap bejalan meriah.
Pergelaran dimulai dengan tari kolosal dari para kera, dilanjutkan dengan guyonan dari Punakawan saat babak Goro- Goro. Mereka banyak menyinggung masalah bangsa, seperti tawuran dan pergaulan anak muda jaman sekarang. Tawa penonton bertambah riuh saat melihat Tejo Badut, pemeran Gareng, menampilkan beberapa trik sulap.
Pada babak selanjutnya, Anoman, para kera, serta Gareng, Petruk, Bagong menjadi buta karena memakan buah-buahan yang ditawarkan oleh Sarpakenaka. Beruntung, ada Garuda yang membantu mengembalikan penglihatan mereka. Sebagai balas budinya, Semar dan Anoman membantu menyembuhkan sayap Garuda yang patah. Dalam adegan selanjutnya, Anoman pergi ke Taman Hargosoka yang dijaga banyak raksasa. Disana Anoman bertemu dengan Rekyan Sinta dan Trijata.
Puncaknya, Anoman yang melawan Bala Kurawa, tertembak oleh panah Rahwana. Hingga akhirnya Anoman dibakar di negeri Alengka. Suasana bertambah dramatis dengan iringan permainan gamelan yang keras dan dinamis. Namun bukannya mati, Anoman malah mengalahkan Rahwana. Pergelaran ini diakhiri dengan tarian kolosal yang disuguhkan oleh Bala Kurawa dari Negeri Alengka.
Fachrul Ikhsan Fawzi, salah satu penonton, mengaku puas dengan pergelaran Anoman Obong ini. “Pementasannya sangat memukau. Musik gamelan mampu mendukung alur cerita. Selain itu, lelucon yang dilontarkan juga dapat menghilangkan kebosanan,” tuturnya.
Rini Widyastuti, pemeran Rekyan Sinta, menjelaskan bahwa pergelaran wayang orang ini bergaya Surakarta. Sehingga masih jarang dan berbeda dengan wayang orang bergaya Yogyakarta yang sering digelar. Sebelum pergelaran dimulai latihan hanya dilakukan sebanyak dua kali. “Pada dasarnya, semua pemain di sini sudah mempunyai dasar tari dan mengerti alur cerita, “ ujarnya. Rini mengaku optimis wayang orang akan berkembang di masa depan. Ini karena anggota paguyuban mayoritas terdiri dari anak muda yang berusia 20 tahun-an.
Hal ini sejalan dengan harapan Hari Leo AER yang merencanakan untuk melakukan tur di empat kabupaten dan kota di Provinsi DIY. Setelah itu, rencananya para pemain juga akan diberi pelatihan tari lanjutan. “Harapannya, agar dapat mengajak lebih banyak lagi generasi muda di daerah untuk turut mengembangkan kesenian ini” pungkas Hari. (Inez Christyastuti Hapsari, Sosiawan Permadi)