Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah
Gerakan Hijau Tersandera Meja Hijau
Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...
Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir
SEJAGAD, Serikat Pekerja Kampus Pertama di Indonesia, Resmi Didirikan
Jejak Trauma Kolektif Korban Kekerasan Orde Baru dalam...
Jurnalis Perempuan Selalu Rasakan Ketimpangan dan Kekerasan
Zine Media Perlawanan Alternatif Perempuan di Tengah Perayaan...
Proyek Kapitalisasi Kegilaan
Kelakar UGM, KKN Tak Boleh Kelar

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KILAS

Zine Media Perlawanan Alternatif Perempuan di Tengah Perayaan Hari Kartini

April 24, 2025

©Manggar/Bal

“Kartini itu ada dalam diri masing-masing, baik perempuan cis, trans, maupun laki-laki yang hadir dan bersedia untuk menjadi ally temen-temen perempuan,” ucap Fiona Wiputri, Manajer Multimedia Konde.co, dalam pembukaan acara bertajuk Kartini’s Day bersama Konde.co: Habis Gelap Terbitlah Zine dan Tulisan. Acara yang ini diselenggarakan oleh Konde.co pada Senin (23-04) secara daring melalui Kanal YouTube Konde.co. Forum diskusi diisi oleh komunitas Girls’ Project dan Konde Fellas bersama dengan Terra Istinara sebagai moderator. Mereka membahas peran zine atau juga biasa disebut terbitan mandiri, sebagai medium alternatif untuk mengangkat isu perempuan.

Sophie Trinita, aktivis dan fasilitator zine, menyebut bahwa zine bisa digunakan untuk menyebarkan ide sosial dan perlawanan. Perlawanan inilah yang dilakukan oleh komunitas punk dan feminis pada era 90-an. Ia menjelaskan bahwa dengan pendekatan seni terhadap realitas kehidupan, zine menjadi tempat keresahan atas kebijakan yang buruk. “Zine bukan hanya media curhat, tapi bisa menjadi gema yang memekik telinga penguasa,” jelas Sophie.

Laksita, salah satu perwakilan Girls’ Project yang memaparkan zine Saatnya Kita Bertanya Tentang Remaja Perempuan Yang Hidupnya Tidak Baik-Baik saja, menyebutkan kalau banyak hal yang dianggap wajar, tetapi ternyata tidak adil bagi perempuan. Ia mencontohkan soal kata terlalu, yang sering digunakan untuk membatasi perempuan, seperti terlalu gemuk, terlalu keras, dan lain-lain. “Rasanya selalu ada celah untuk mengomentari kita [perempuan-red], selalu ada yang salah di mata mereka,” keluhnya

Mengamini Laksita, Candid yang juga memaparkan zine dari Girls’ Project, menyebutkan kalau memang ada peraturan yang ditujukan untuk membatasi perempuan. Contohnya, peraturan berpakaian perempuan yang dinilai sangat membatasi serta peraturan mengenai perempuan yang harus memiliki “badan ideal” untuk mendapatkan pasangan. “Peraturan ini seperti sepele di masyarakat dan dibiarkan begitu saja, keluhan kami [perempuan-red] dianggap tidak terlalu penting,” terangnya

Selanjutnya, Zahra Agustine selaku perwakilan dari Konde Fellas juga turut menyinggung persoalan atas keresahan perempuan di ruang publik, terutama ketika menggunakan transportasi umum. Hal yang ia sorot antara lain trotoar rusak, tempat tunggu bus yang tidak layak, hingga ancaman catcalling dari laki-laki. “Semua masalah itu sering dianggap kecil, padahal berdampak besar,” keluh Zahra.

Ketakutan untuk bersuara atas ketidakadilan bagi perempuan juga disampaikan oleh Sasa, salah satu peserta diskusi. Dalam zinenya, ia menuliskan, korban kekerasaan seksual mengalami intimidasi ketika menuntut keadilan. Kasus-kasus yang pernah ia liput selama menjadi redaktur pelaksana di Pers Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta menemukan bahwa korban mengalami somasi dan diancam ketika membawa ke jalur hukum. “Aku berharap dengan adanya zine ini, perempuan lebih berani untuk melawan,” kata Sasa.

Diskusi ditutup dengan pernyataan oleh Luviana Ariyanti, Pemimpin Redaksi Konde.co, zine dapat menjadi sarana untuk memecah keheningan, mengubah kultur, dan melawan narasi dominan. “Ini menawarkan yang baru bagi aktivis untuk menyebarkan informasi, menumbuhkan kesadaran, dan memobilisasi publik,” ujarnya. Ia melanjutkan, tulisan perempuan bisa menjadi perlawanan karena pengalaman tubuh dan emosi perempuan yang terepresi akan melawan kontrak sosial. Tulisan perempuan bisa menantang stigma, membongkar oposisi biner patriarkal, dan melawan pelabelan perempuan yang baik dan “buruk”. 

Penulis: Reyhan Maulana Adityawan
Editor: Gayuh Hana Waskito
Visual: Manggar Eiklessia Widdy

 

2
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah

Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...

SEJAGAD, Serikat Pekerja Kampus Pertama di Indonesia, Resmi Didirikan

Jejak Trauma Kolektif Korban Kekerasan Orde Baru dalam...

Jurnalis Perempuan Selalu Rasakan Ketimpangan dan Kekerasan

Militerisasi Kampus Ancam Ruang Kritis Mahasiswa Unud

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah

    Mei 4, 2025
  • Gerakan Hijau Tersandera Meja Hijau

    Mei 4, 2025
  • Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender dalam Sejarah Indonesia

    Mei 3, 2025
  • Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir

    April 30, 2025
  • SEJAGAD, Serikat Pekerja Kampus Pertama di Indonesia, Resmi Didirikan

    April 28, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM