
©Shafa/Bal
Jumat (10-07), Remotivi mengadakan diskusi daring sekaligus peluncuran riset bertajuk “Mengapa Banyak Mahasiswi Jurnalistik dan Sedikit Jurnalis Perempuan?” melalui Zoom. Narasumber dari diskusi daring tersebut, antara lain Muhamad Heychael, Peneliti Remotivi; Nurul Hasfi, Peneliti dan Pengajar Jurnalistik Universitas Diponegoro; dan Eriyanto, Peneliti dan Pengajar Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia. Diskusi daring ini dipandu oleh Lintang Ratri Rahmiaji selaku moderator yang mengarahkan diskusi dalam membahas alasan di balik kurang tertariknya mahasiswi ilmu komunikasi atau jurnalistik menjadi jurnalis.
Di awal diskusi, Heychael memaparkan kondisi di ruang redaksi yang masih membutuhkan lebih banyak perempuan untuk menjadi jurnalis. Jumlah perempuan di berbagai universitas, khususnya pada jurusan ilmu komunikasi selalu mendominasi. Akan tetapi, jumlah lulusan mahasiswi yang berasal dari jurusan ini tidak sebanding dengan jumlah perempuan yang berprofesi sebagai jurnalis. “Berdasarkan temuan data di lapangan, ketertarikan mahasiswi ilmu komunikasi yang bekerja sebagai jurnalis hanya sebesar 30.2 persen,” jelas Heychael. Hasil temuan ini mengindikasikan bahwa mayoritas mahasiswi memang tidak tertarik dengan profesi tersebut.
Kemudian, Nurul menjelaskan perihal faktor penentu ketertarikan mahasiswi dalam menekuni profesi sebagai jurnalis. “Berdasarkan hasil temuan, faktor yang paling dominan dalam menentukan ketertarikan mahasiswi terhadap profesi ini adalah ekspektasi hasil dan efikasi diri,” ungkap Nurul. Ia menerangkan bahwa yang dimaksud ekspektasi hasil adalah pandangan positif dan negatif yang kemudian mempengaruhi harapan dari berprofesi sebagai jurnalis.
Menurut Nurul, dari hasil penelitian diperoleh temuan mengenai beberapa pandangan positif terhadap pekerjaan sebagai jurnalis. Pertama, privilese yang didapat. Dengan menjadi jurnalis, seseorang akan memiliki keistimewaan dan eksklusivitas untuk menghadiri berbagai acara, termasuk bertemu banyak narasumber penting. Kedua, segi intelektual. Menjalani karier sebagai jurnalis dianggap dapat menambah wawasan dan memberikan kesempatan untuk mempelajari berbagai hal baru. Ketiga, aktivitas kerja jurnalistik. Pekerjaan ini dapat melatih kemampuan menulis dan dokumentasi terhadap suatu peristiwa. Keempat, dampak positif sebagai jurnalis. Kemampuan dalam memengaruhi khalayak luas melalui karya jurnalistik, membela kepentingan masyarakat, dan dapat menyampaikan informasi yang benar sesuai situasi di lapangan menjadi hal positif yang bisa diperoleh sebagai jurnalis.
Selain itu, Nurul juga memaparkan tentang pandangan negatif terhadap ekspektasi hasil yang juga tidak lepas dari profesi sebagai jurnalis. Beberapa pandangan negatif tersebut adalah gaji yang tidak mencukupi, tidak adanya kepastian karier yang diberikan, bahaya yang dapat mengancam saat membawakan berita sensitif, profesi yang dinilai seksis dan masuk ke ranah gender, dan cukup mengambil banyak waktu serta tidak memberi ruang bagi perempuan yang berperan sebagai ibu. Selanjutnya, faktor dominan lain yang memiliki andil terhadap ketertarikan mahasiswi jurnalistik adalah efikasi diri.
Eriyanto memaparkan bahwa efikasi diri diidentifikasikan sebagai seberapa jauh seseorang merasa bahwa dirinya mampu untuk menapaki suatu karier. Menurut data yang diperoleh, Nurul menambahkan jika di konteks ini mahasiwi percaya bahwa mereka bisa menjadi jurnalis. Namun, di satu sisi, mereka tidak percaya jika dirinya mampu untuk menduduki puncak karier.
Pada proses pembentukkan efikasi diri antara mahasiswa perempuan dan laki-laki yang menempuh jurusan jurnalistik, terdapat perbedaan yang mendasarinya. Dijelaskan oleh Eriyanto, bahwa efikasi dalam diri perempuan dipengaruhi oleh pengalaman belajar dan kompetensi, sementara untuk laki-laki tidak berlaku demikian. “Alasan di balik perbedaan dari proses terbentuknya efikasi diri laki-laki karena kemungkinan besar profesi ini identik dengan laki-laki,” jelas Eriyanto. Ia menambahkan, perlunya penelitian lanjutan untuk mencari tahu peran gender dalam profesi jurnalis.
Penulis : Annisa Shafa Regina
Penyunting: Anisa Azmi Nurrisky A