Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Episode-Episode Perjalanan
SANGKAR Ungkap Dugaan Salah Tangkap 14 Anak di...
Didik Supriyanto: Kebangkitan Gerakan Mahasiswa Menuju Reformasi
Abdulhamid Dipopramono: Jejak dan Orientasi Awal BPPM Balairung
Perlawanan Warga Kampung Laut Atas Penggusuran Lahan Lapas...
Program MBG Timbulkan Keracunan Massal, Ibu-Ibu Gelar Aksi
Ruang-Ruang Untuk Kami dan Puisi-Puisi Lainnya
Diskusi Film DEMO(k)RAS(i) Ungkap Ketidakadilan Iklim oleh Pemerintah
BARA ADIL Lakukan Siaran Pers, Ungkap Catatan Penangkapan...
Sampai Kapanpun, Aparat Bukanlah Manusia!

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
ALMAMATERKABARKILAS

Seniman Suarakan Aspirasi dalam Aksi Ruang Rakyat

Oktober 21, 2020

©Thalia/Bal

Selasa (20-10), berbagai elemen masyarakat yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Bergerak (ARB) kembali melaksanakan aksi bertajuk “Ruang Rakyat: Semua Adalah Warga”. Bertempat di Bundaran UGM, aksi tersebut dimaksudkan sebagai bentuk penolakan atas disahkannya UU Cipta Kerja atau sering disebut Omnibus Law. Setelah aksi #JogjaMemanggil pada 8 Oktober, ARB kembali mengadakan aksi dengan tema panggung aksi. Beberapa penampilan musik dari band lokal seperti Nada Bicara, KEPAL SPI, Spoer, Fuli, Keiland Boy, dan Sampar mengiringi jalannya aksi.

Lusi, Humas dari ARB menyampaikan bahwa pagelaran seni dilakukan sebagai salah satu bentuk ketidakpercayaan kepada DPR. Menurutnya, bentuk pagelaran seni yang disajikan pada aksi sore itu menunjukkan persepsi masyarakat terhadap DPR. “Kami sudah tidak mengakui dewan sebagai perwakilan, sehingga kami bertindak sebagai dewan perwakilan,” imbuh Lusi.

Dari kalangan seniman musik, Nada Bicara membawakan lagu tentang pencegahan kekerasan seksual dan ruang aman bagi perempuan. Disampaikan oleh vokalisnya, Erlina Rahmawati, “Nada Bicara” memang terkenal membawakan isu sosial dalam setiap karyanya. Menurut mereka, lagu menjadi salah satu cara nir kekerasan untuk menyampaikan kritik dan protes seluas mungkin. Erlin menyampaikan bahwa, seniman perlu membungkus supaya narasi yang di bawa massa aksi bukan menjadi narasi kekerasan. “Lagu itu sangat cair dan fleksibel, ia bisa menembus relung hati yang gelap,” pungkas Erlin.

Selain itu, Leo Bambang Heru Prasetyo sebagai salah satu seniman jalanan berkesempatan menyanyikan lagu berjudul “Tulu”. Lagu yang ia akui terinspirasi dari Almarhum Didi Kempot itu berisi keresahannya mengenai pemerintah dengan berbagai RUU yang tidak jelas. Pria yang akrab disapa Mbah Bambang tersebut menuturkan bahwa semangat perjuangan harus tetap menggelora. “Meskipun umur saya sudah lebih dari 60 tahun, tetapi saya tetap rajin mengikuti aksi untuk
menginspirasi generasi muda,” tegasnya.

Sebelum massa bubar sekitar pukul 17.00 WIB, Sampar menyanyikan dua buah lagu. Lagu pertama berjudul “Bernafas Teruslah Kawan Kau Tak Sendiri” dan lagu kedua berjudul “Rebut Kembali Kehidupan”. Dalam kesempatan wawancara, Sampar menjelaskan bahwa dirinya ikut serta dalam aksi bukan hanya karena mereka seniman. Namun, mereka merasa menjadi bagian yang sangat dirugikan dengan disahkannya UU Cipta Kerja oleh Pemerintah. “Kami juga terancam, maka dari itu kami punya alasan untuk ikut menolak,” lanjutnya.

Sampar sepakat bahwa aksi yang dikemas melalui media seni dapat mendekatkan diri dengan isu-isu sosial. Menurut mereka, seniman memang seharusnya mengangkat isu- isu sosial, bukan hanya mementingkan eksistensi pribadi. “Tidak sedikit seniman yang menjual isu sosial untuk keperluan pribadinya,” imbuh Sampar. Bagi mereka karya seharusnya dapat menyuarakan aspirasi publik dan membantu menyelesaikan persoalan yang ada.

Reporter: Affan Asyraf, Alysia Noorma Dani, Bangkit Adhi Wiguna, dan Isabella
Penulis: Anis Nurul Ngadzimah
Penyunting: Ayu Nurfaizah

aliansi rakyat bergerakseniTolak UU Cipta Kerja
1
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

SANGKAR Ungkap Dugaan Salah Tangkap 14 Anak di...

Perlawanan Warga Kampung Laut Atas Penggusuran Lahan Lapas...

Program MBG Timbulkan Keracunan Massal, Ibu-Ibu Gelar Aksi

Diskusi Film DEMO(k)RAS(i) Ungkap Ketidakadilan Iklim oleh Pemerintah

BARA ADIL Lakukan Siaran Pers, Ungkap Catatan Penangkapan...

Solidaritas Warga Warnai Aksi Jogja Memanggil

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Episode-Episode Perjalanan

    Oktober 16, 2025
  • SANGKAR Ungkap Dugaan Salah Tangkap 14 Anak di Magelang

    Oktober 12, 2025
  • Didik Supriyanto: Kebangkitan Gerakan Mahasiswa Menuju Reformasi

    Oktober 12, 2025
  • Abdulhamid Dipopramono: Jejak dan Orientasi Awal BPPM Balairung

    Oktober 8, 2025
  • Perlawanan Warga Kampung Laut Atas Penggusuran Lahan Lapas Nusakambangan

    September 30, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM