Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
LBH Yogyakarta Ungkap Intimidasi Aparat Pasca-Aksi Agustus di...
Diskusi dan Perilisan Zine Maba Sangaji Basuara, Tilik...
Diskusi Buku dan Budaya, Soroti Peran Sastra Melawan...
Diskusi Di Balik Bendera Persatuan Ungkap Gerakan Antikolonial...
Mata Kekuasaan Mengintaimu
Wisnu Prasetya Utomo: Tantangan Pers Mahasiswa di Persimpangan...
Episode-Episode Perjalanan: Episode 2 dan Episode…
Monika Eviandaru: Reorientasi Pers Mahasiswa Dalam Neoliberalisasi Perguruan...
Episode-Episode Perjalanan
SANGKAR Ungkap Dugaan Salah Tangkap 14 Anak di...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
ANALEKTABINGKAIKABAR

Menyoal Nasib Buruh dan Papua di Yogyakarta

Mei 8, 2019

Seorang peserta aksi berlari sambil membentangkan kaus bergambar Bendera Bintang Kejora.

Polisi dan massa aksi saling dorong.

Polisi mendorong massa aksi.

Atribut aksi berhamparan di aspal imbas dari saling dorong antara polisi dan massa aksi.

Peserta aksi saling bergandeng tangan. Nampak salah satu dari mereka mengenakan .gelang dengan nuansa Bendera Bintang Kejora.

Salah satu peserta aksi berorasi di dalam lingkaran massa.

Massa aksi membentangkan spanduk untuk memperingati 56 tahun aneksasi Papua.

Siang itu (01-05), asrama mahasiswa papua dikepung polisi. Ruas Jalan Kusumanegara juga ditutup barang delapan ratus meter hingga satu kilometer ke arah barat dan timur. Pada mulanya, mereka hendak longmars menuju Nol Kilometer untuk merayakan hari buruh internasional sekaligus menyoal aneksasi Papua 56 tahun lalu. Namun, tidak lekas berangkat karena tidak diizinkan polisi. Suara orator terus melayang dibawa udara siang. Perdebatan alot antara massa aksi dan polisi justru berbuah perselisihan, saling dorong pun tidak terhindarkan. Setelah beberapa saat saling dorong, massa aksi menarik diri masuk asrama. Polisi sempat mengejar hingga pagar. Tidak lama berselang, batu dan banyak benda lain melayang ke luar asrama. Polisi dan wartawan berhamburan mencari perlindungan. Setelahnya, perselisihan antar kedua pihak mulai mereda.

Sekitar pukul 13.00, massa aksi keluar asrama dan kembali membentuk barisan sambil bergandengan tangan. Mereka mencoba kembali menerobos barikade polisi dengan merangsek maju dan juga memperlebar lingkaran. Akibatnya, saling dorong antara polisi dan massa aksi kembali tidak terhindarkan. Meski demikian, mereka tetap gagal melakukan longmars.

Setelah saling dorong, beberapa anggota massa aksi tetap berorasi secara bergantian. Nyanyian “Papua Bukan Merah Putih” juga terus menyelingi di tiap kesempatan. Pihak kepolisian yang merasa gerah, lantas membawa mobil dengan pelantang suara berukuran besar. Polisi mencoba membujuk mereka untuk berorasi di Tugu. Tapi, massa aksi tetap tidak beranjak. Bentuk aksi mereka justru kian variatif. Mereka membakar suar, menuliskan nama-nama polisi yang bertugas di aspal, menari, berlari, dan berputar-putar sambil bernyanyi. “Papua Bukan Merah Putih” ditambah serentetan lagu yang mengkritik aparat pun kian lantang berkumandang.

Kondisi demikian tidak berubah dalam beberapa jam. Menuju petang, seorang orator membawa secarik kertas berisi tuntutan dan membacakannya. Beberapa tuntutan tersebut adalah perihal pemenuhan hak-hak buruh, mewujudkan pendidikan gratis dan bervisi kerakyatan, serta pemberian hak menentukan nasib bagi Bangsa Papua. Setelah pembacaan tuntutan itu, massa aksi menarik diri ke dalam asrama dan polisi pun turut membubarkan diri.

Teks dan Foto oleh Rizky Ramadhika
Kurator Arjun R. Subarkah

AMPaneksasi papuaasrama kamasanbintang kejoraHari BuruhPapuayogyakarta
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Polisi Tidur

Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir

Rintih Dara

Antara Stigma dan Setara

Tak Kasat Makna

Anggaran Tersedot Misterius (ATM)

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • LBH Yogyakarta Ungkap Intimidasi Aparat Pasca-Aksi Agustus di Surakarta

    November 10, 2025
  • Diskusi dan Perilisan Zine Maba Sangaji Basuara, Tilik Perlawanan Warga Maba Sangaji

    November 4, 2025
  • Diskusi Buku dan Budaya, Soroti Peran Sastra Melawan Dehumanisasi

    November 2, 2025
  • Diskusi Di Balik Bendera Persatuan Ungkap Gerakan Antikolonial Perhimpunan Indonesia

    Oktober 28, 2025
  • Mata Kekuasaan Mengintaimu

    Oktober 27, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM