Judul Tesis : Implementasi ‘Program Desa Kita’ di Dusun Manding, Kabupaten Bantul
Tahun : 2011
Penulis : Edy Nugroho Widihantoro
“Program Desa Kita” yang dilaksanakan Bank Indonesia menjadi salah satu model yang patut menjadi acuan.
Pertumbuhan sektor riil baik Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) maupun non-UMKM semakin nyata. Pertumbuhan ini, salah satunya merupakan buah dari adanya programCorporate Social Responsibility (CSR). Program CSR merupakan program yang dijalankan oleh perusahaan/instansi sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap masyarakat, pemerintah maupun lingkungan. Lebih jauh, program CSR sering juga disebut sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap dampak dari kebijakan yang diusung. Dengan kata lain, CSR dapat pula dikatakan sebagai manajemen dampak.
Adanya program CSR secara faktual dapat mendongkrak perekonomian dan melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat menengah ke bawah. Program ini juga dapat mengembangkan potensi daerah seperti pendidikan, industri maupun pariwisata. Dengan demikian, CSR dapat dikatakan memiliki potensi menyejahterakan sekaligus membentuk ekonomi mandiri dalam masyarakat yang terlibat.
Namun dalam perkembangannya, program CSR menuai banyak tantangan. Salah satunya adalah terlalu kuatnya peran aktor lokal dalam program CSR sehingga program yang dihasilkan tidak representatif. Aktor lokal dalam hal ini adalah tokoh masyarakat yang masih sangat mendominasi dalam kegiatan kemasyarakatan. Dalam konteks CSR, aktor lokal biasanya mendominasi dari proses sosialisasi sampai pelaksanaan program. Keadaan tersebut dikhawatirkan dapat memunculkan ketimpangan antara masyarakat biasa dengan aktor-aktor lokal. Ketimpangan ini muncul akibat adanya perbedaan akses dalam menentukan kebijakan dalam program CSR. Selain itu, adanya campur tangan birokrasi tingkat daerah dikhawatirkan juga berdampak pada pada kebijakan yang akan diambil dalam pelaksanaan program CSR.
Hal tersebut menjadi landasan Edy Nugroho Widiharto dalam menulis tesisnya yang berjudul “Implementasi ‘Program Desa Kita’ di Dusun Manding Kabupaten Bantul”. Mahasiswa Pascasarjana Magister Studi Kebijakan 2008 ini melakukan studi kasus mengenai bagaimana implementasi program CSR yang dilakukan Bank Indonesia (BI) antara tahun 2007-2009. Program CSR BI ini diberi nama ‘Progam Desa Kita’. Penelitian ini mencoba mengkaji lebih dalam mengenai bagaimana CSR dilakukan oleh lembaga yang tidak memiliki beban mencari keuntungan usaha seperi BI.
Program CSR, menurut Edy, dapat dibagi ke dalam dua skema, yaitu voluntary danmandatory. Skema voluntary merupakan skema yang berada pada area kesukarelaan dan kesadaran perusahan maupun institusi terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan. Skema ini digunakan dalam ‘Program Desa Kita’ yang digagas BI. Dapat dikatakan demikian, karena bidang kerja BI sebagai bank sentral tidak menuntutnya secara langsung untuk menggagas program ini. Sedangkan skema mandatory merupakan skema yang berdasarkan mandat dari Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 4 tahun 2007. Skema mandatory, digunakan untuk mengatur dengan paksaan supaya perusahaan mau bertanggung jawab terhadap apa yang menjadi kewajibannya. Sehingga sangat boleh jadi skema voluntary memilki nilai (moral) lebih daripada skema mandatory, karena memilki kesadaran tanpa paksaan dari pihak manapun.
Penelitian ini ingin menjelaskan dinamika yang terjadi ketika suatu program CSR dijalankan, mulai penyusunan sampai program dijalankan. Setiap program CSR sudah pasti menuai pro dan kontra. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi juga dijelaskan di dalam tesis ini. Faktor internall seperti tingkat ekonomi, tingkat pendidikan, dan penguasaan teknologi yang berbeda, menjadi faktor yang turut membentuk dinamika dalam penyusunan sampai pelaksanaan program CSR. Selain faktor internal, faktor eksternal juga menarik untuk dikaji. Faktor eksternal salah satunya berasal dari adanya campur tangan birokrasi daerah baik dalam penyusunan dan pelaksanaan program CSR.
Tesis ini menggunakan dua macam data utama dalam penyusunannya. Pertama, data sekunder. Data sekunder didapatkan dari laporan-laporan instansi terkait seperti: Bappeda, Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustriaan Perdagangan dan Koperasi dan data dari Bank Indonesia. Laporan-laporan yang dimaksud adalah jumlah industri, penyerapan tenaga kerja dan nilai investasi industri. Kedua, data primer. Data primer didapatkan dari serangkaian kegiatan wawancara mendalam kepada narasumber dan informan. Selain itu, data juga di dapatkan dari observasi di lapangan.
Metode pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode stratified random. Metode ini bertujuan untuk memperoleh hasil analisis dengan ketelitian yang relatif tinggi. Selain itu, metode stratified random ini dipilih karena keadaan populasi yang sangat heterogen. Caranya dengan membagi populasi ke dalam sub-sub populasi atau strata. Dalam setiap strata tersebut kemudian dipilih secara acak siapa yang akan menjadi responden dalam penelitian.
Sedang untuk analisis data, peneliti mengolah dan meneliti data kualitatif yang berupa hasil wawancara dan dokumen (laporan). Data yang diperoleh kemudian dipilah-pilah sesuai kebutuhan dan kesamaan. Setelah dipilah, data kemudian dirangkum dan disusun secara sistematis supaya memudahkan peneliti dalam memahami serta menggunakan data. Data tersebut kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi atau uraian narasi. Penyajian data sedemikian rupa dilakukan agar dapat menggambarkan keseluruhan data secara jelas. Penarikan kesimpulan dan verifikasi data dilakukan setelah menafsirkan data. Dengan demikian, kesimpulan yang diambil dapat menjawab persoalan yang telah dipertanyakan di atas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa program CSR yang dilakukan oleh BI sudah berjalan dengan baik. Mekanisme yang dilakukan dalam menentukan program apa yang tepat bagi masyarakat, sudah menggunakan mekanisme dari bawah ke atas (bottom-up). Mekanisme ini mendorong masyarakat biasa yang terlibat dalam program CSR menjadi lebih aktif dalam penyusunan sampai evaluasi program. Mekanisme tersebut merupakan mekanisme yang cukup ideal dalam pelaksanaan setiap program CSR. Dengan demikian, bisa dikatakan program CSR yang dilakukan BI patut untuk menjadi percontohan program CSR bagi daerah lain.
Tesis ini disajikan oleh penulis menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Bahasa asing yang digunakan tidak terlalu banyak, sehingga mempermudah pembaca dalam memahami maksud peneliti. Tesis ini juga diperkaya dengan penjelasan terhadap makna dari kata asing yang digunakan. Bagi pembaca awam yang ingin memahami program CSR dengan skemavoluntary, tesis ini sudah mampu memberikan jawaban yang memadai.
Meski demikian, ada beberapa kekurangan dalam tesis ini. Penelitian yang dilakukan belum mampu menjawab pertanyaan mengenai solusi terhadap masalah campur tangan birokrasi daerah. Selain itu, karena penelitian ini dilakukan dengan cara studi kasus (case study), hasilnya belum tentu bisa diterapkan bagi daerah lain. [Dias Prasongko]
1 komentar
Sungguh luar biasa paparan tentang idealnya CSR namun ada beberapa program CSR lebih ke inprastruktur seperti jalan poros desa , Rumah layak huni dalam artikel tersebut idealnya CSR untuk pertumbuhan ekonomi desa melalui UMKM pendidikan, kesehatan dan lingkungan ( penghijauan ) tapi kalau CSR ke inprastruktur apakah boleh ..?