Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua...
Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam...
Kota Batik yang Tenggelam
Titah AW: Jurnalisme Bisa Jadi Kanal Pengetahuan Lokal
Membumikan Ilmu Bumi
Kuasa Kolonial Atas Pangan Lokal
Anis Farikhatin: Guru Kesehatan Reproduksi Butuh Dukungan, Bukan...
Tangan Tak Terlihat di Balik Gerakan Rakyat
Tantangan Konservasi dan Pelestarian Lingkungan dalam Diskusi Ekspedisi...
LBH Yogyakarta Ungkap Intimidasi Aparat Pasca-Aksi Agustus di...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KABARKILAS

Aksi Massa dan Dinamika Ideologi

Desember 7, 2014
©amsa

©amsa

Puluhan orang memenuhi Auditorium Fakultas Filsafat UGM pada Rabu siang (3/12). Mereka adalah para peserta yang datang untuk mengikuti ceramah ilmiah dan bedah buku “Unfinished Nation” bertajuk “Dari Aksi ke Ideologi: Pertarungan Baru Pasca 2014”. Acara bedah buku ini adalah realisasi dari program penelitian dan pengembangan yang ada di Biro Pers Mahasiswa Filsafat (BPMF) Pijar. Agenda yang terselenggara berkat kerjasama antara Pijar dengan Penerbit Djaman Baroe ini menghadirkan dua pembicara. Kedua pembicara tersebut adalah Dr. Max R. Lane selaku penulis dari buku “Unfinished Nation” dan Farabi Fakih, dosen jurusan Sejarah UGM.

Pada kegiatan tersebut, Lane menyampaikan ceramah tentang pengaruh aksi massa bagi perubahan politik dan ideologi Indonesia. Materi yang disampaikan dalam ceramah diambil dari isi buku “Unfinished Nation”. Buku ini sendiri berfokus pada perjalanan dan pergeseran politik Indonesia pascakolonial hingga sekarang.

Selain itu, Lane banyak membahas perjalanan politik Indonesia sejak pascakemerdekaan hingga sekarang, terutama intrik-intrik politik pada masa pemerintahan Soeharto. “Ada kecenderungan dimana politik akan selalu diwarnai oleh persaingan ideologi,” ungkap Lane saat menjelaskan mengenai gerakan aksi pada dekade 80-an. Materi lain yang juga disampaikan Lane dalam ceramahnya adalah dinamika aksi massa. Lane menjelaskan bahwa aksi massa mengalami perpecahan setelah berhasil menurunkan rezim Soeharto walau sebelumnya bekerja bersama-sama memperjuangkan reformasi.

Menanggapi konsep-konsep dalam buku “Unfinished Nation” yang dipaparkan Lane dalam ceramahnya, Farabi Fakih melontarkan pujian maupun kritikan. Salah satu kritik Farabi Fakih bahkan menyinggung langsung inti buku. “Mungkin ini bukan cerita tentang aksi, tapi ekspansi liberalisme,” cetusnya. Walaupun begitu, dosen sejarah ini nampaknya memberikan penghargaan yang tinggi kepada Max Lane atas bukunya. “Saya sangat suka buku ini,” akunya seraya memamerkan buku “Unfinished Nation” kepada audiens. Farabi Fakih menganggap bahwa buku ini bisa membuka kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk merekonstruksi masa lalunya.

Peserta diskusi juga memberikan apresiasi yang tinggi untuk acara ini. Salah satu peserta acara, Bima, terlihat antusias dan cermat mendengarkan para pembicara. Mahasiswa Peternakan UGM ini mengaku hadir karena penasaran dengan buku “Unfinished Nation”. Pasalnya, Bima juga mempunyai buku karya Lane yang lain. “Acaranya bagus, terbuka, dan santai. Tapi sayang tadi agak molor,” komentar Bima di penghujung acara. Menanggapi semangat yang tinggi dari peserta tersebut, Pipit, sapaan akrab Ketua Umum Pijar, berharap bahwa acara ini bisa memberikan manfaat kepada peserta. “Dengan membedah buku ini, peserta yang hadir mudah-mudahan dapat tersentil kesadarannya untuk bersikap kritis dalam menanggapi apapun,” ujar Pipit saat diwawancara setelah acara bedah buku berakhir. [Anggita Triastiwi, Abdul Hakam Najah, Putri Gita Cempaka]

0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua...

Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam...

Tantangan Konservasi dan Pelestarian Lingkungan dalam Diskusi Ekspedisi...

LBH Yogyakarta Ungkap Intimidasi Aparat Pasca-Aksi Agustus di...

Diskusi dan Perilisan Zine Maba Sangaji Basuara, Tilik...

Diskusi Buku dan Budaya, Soroti Peran Sastra Melawan...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua Bukan Tanah Kosong

    November 24, 2025
  • Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam Sikapi Diskriminasi

    November 24, 2025
  • Kota Batik yang Tenggelam

    November 21, 2025
  • Titah AW: Jurnalisme Bisa Jadi Kanal Pengetahuan Lokal

    November 21, 2025
  • Membumikan Ilmu Bumi

    November 21, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM