Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua...
Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam...
Kota Batik yang Tenggelam
Titah AW: Jurnalisme Bisa Jadi Kanal Pengetahuan Lokal
Membumikan Ilmu Bumi
Kuasa Kolonial Atas Pangan Lokal
Anis Farikhatin: Guru Kesehatan Reproduksi Butuh Dukungan, Bukan...
Tangan Tak Terlihat di Balik Gerakan Rakyat
Tantangan Konservasi dan Pelestarian Lingkungan dalam Diskusi Ekspedisi...
LBH Yogyakarta Ungkap Intimidasi Aparat Pasca-Aksi Agustus di...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KABARKILAS

40 Tahun Mapagama: Perjalanan Panjang Dalam Pameran

Desember 6, 2013
©Aliftya.bal

©Aliftya.bal

Deretan foto kegiatan pecinta alam tampak menghiasi dinding salah satu ruangan di gedung E Benteng Vredeburg pada Selasa (4/12). Selain itu, arsip, tenda, peralatan memanjat, dan kayak pun terlihat mengisi ruangan di lantai dua tersebut. Di luar ruangan juga terdapat stan yang menjual barang-barang khas pecinta alam seperti ransel dan celana kargo. Suasana tersebut merupakan potret pameran foto dan arsip bertema “Untuk Manusia, Alam, dan Kebudayaan”. Pameran itu diselenggarakan dalam rangka perayaan hari jadi ke-40 UKM Mahasiswa Pecinta Alam UGM (Mapagama).

Tak hanya pameran foto dan arsip, Workshop Etnofotografi dan WorkshopTravel Writing juga diselenggarakan. “Kami pilih dua tema workshop ini untuk menunjukkan bahwa dokumentasi perjalanan itu penting,” tutur Heribertus Suciadi Nugraha selaku ketua panitia acara yang digelar sejak Sabtu (30/11) sampai Jumat (6/12) ini. Pemilihan lokasi acara di Benteng Vredeburg bertujuan menjangkau masyarakat umum. “Kalau diadakan di UGM, kesannya jago kandang,” jelas Heri.

Dokumentasi ekspedisi internasional pertama Mapagama ke Nepal dan Cina merupakan poin utama pameran ini. Ekspedisi tersebut dituangkan dalam bentuk foto dan film ekspedisi, serta foto kehidupan masyarakat setempat. Selain itu, pameran ini juga dilengkapi dengan berbagai oleh-oleh dari Kalimantan seperti etnofotografi dan kerajinan etnis.

Masyarakat yang mulanya hanya berniat melihat-lihat benteng pun tertarik mengunjungi pameran. “Setelah diberitahu mbak-mbak yang jaga di depan, saya mampir ke pameran ini,” tutur Bunga, pengunjung asal Jakarta. Bahkan pengunjung lainnya tidak tahu bahwa pameran ini berhubungan dengan dunia pecinta alam. “Saya nggak tahu kalau ini kegiatan pecinta alam,” tutur Taswin, pengunjung dari Palembang. Kendati demikian pengunjung tak lantas kecewa. “Gambar-gambarnya bagus. Jadi keinget kampung halaman,” kata Bunga sembari melihat-lihat kerajinan asal Kalimantan. Namun, Taswin menilai pameran ini masih memiliki kekurangan, “Lebih baik dokumentasi disusun menurut tahun diadakannya kegiatan,” [Tabita, Zaki]

Benteng VredeburgEkspedisimapagamapameranVredeburg
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua...

Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam...

Tantangan Konservasi dan Pelestarian Lingkungan dalam Diskusi Ekspedisi...

LBH Yogyakarta Ungkap Intimidasi Aparat Pasca-Aksi Agustus di...

Diskusi dan Perilisan Zine Maba Sangaji Basuara, Tilik...

Diskusi Buku dan Budaya, Soroti Peran Sastra Melawan...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua Bukan Tanah Kosong

    November 24, 2025
  • Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam Sikapi Diskriminasi

    November 24, 2025
  • Kota Batik yang Tenggelam

    November 21, 2025
  • Titah AW: Jurnalisme Bisa Jadi Kanal Pengetahuan Lokal

    November 21, 2025
  • Membumikan Ilmu Bumi

    November 21, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM