Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Perayaan dan Perlawanan Perempuan Mahardika di Panggung Merdeka...
Kampus Kelabu bagi Perempuan
Diskusi Proyek Penulisan Sejarah Resmi, Soroti Ketiadaan Peran...
Sisi Lain Makanan Tradisional dalam Buku Sepinggan Indonesia
Warga Pesisir Semarang dalam Getir Tata Kelola Air
Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau
Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang
Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran...
Mitos Terorisme Lingkungan
Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
BINGKAIKABARPERISTIWA

[Potret Peristiwa] Kembalinya Seni Budaya Tionghoa

Mei 13, 2011

Kembalinya Seni Budaya Tionghoa

Seni budaya yang dibawa etnis Tionghoa dari daratan  Cina zaman dahulu tumbuh subur di kalangan masyarakat Indonesia. Kebudayaan di Palembang, Betawi, Cirebon dan sebagian pesisir tanah Jawa banyak mengalami akulturasi dengan kebudayaan Tionghoa yang kemudian memunculkan seni tradisi baru.

Seni budaya Tionghoa di Indonesia ini mengalami pasang surut mengikuti perkembangan zaman. Hal ini tergantung pada penguasa yang memimpin. Berkali-kali etnis Tionghoa mengalami tekanan, pun dengan seni budayanya. Tekanan yang paling keras dirasakan ketika Orde Baru. Selama puluhan tahun, seni budaya Tionghoa tidak boleh tampil di hadapan publik. Bahkan nama-nama warga etnis Tionghoa harus diganti dengan nama yang berbau Indonesia.

Kini, Bentara Budaya Yogyakarta menampilkan seni budaya Tionghoa tersebut. Pameran yang bertujuan melestarikan kebudayaan ini diadakan dari tanggal 3 – 11 Mei 2011. Seni budaya yang dipamerkan adalah seni ilustrasi yang berkembang sejak tahun 1930-an hingga 1960-an. Ilustrasi tersebut adalah karya-karya yang telah dipublikasikan melalui buku, majalah, koran, iklan, dan lain sebagainya. Beberapa ilustrator yang turut serta dalam pameran ini seperti Kwo Wan Gie, Siaw Tik Kwie, dan Lo Liong Nien, nama-nama yang cukup asing di telinga penggemar karya-karya ilustrasi. [Dio.bal]

bentara budayailustrasitionghoayogyakarta
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir

Rintih Dara

Antara Stigma dan Setara

Tak Kasat Makna

Anggaran Tersedot Misterius (ATM)

Berebut Gunungkidul

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Perayaan dan Perlawanan Perempuan Mahardika di Panggung Merdeka 100%

    Agustus 18, 2025
  • Kampus Kelabu bagi Perempuan

    Agustus 9, 2025
  • Diskusi Proyek Penulisan Sejarah Resmi, Soroti Ketiadaan Peran Masyarakat

    Juli 21, 2025
  • Sisi Lain Makanan Tradisional dalam Buku Sepinggan Indonesia

    Juli 20, 2025
  • Warga Pesisir Semarang dalam Getir Tata Kelola Air

    Juni 30, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM