Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Episode-Episode Perjalanan
SANGKAR Ungkap Dugaan Salah Tangkap 14 Anak di...
Didik Supriyanto: Kebangkitan Gerakan Mahasiswa Menuju Reformasi
Abdulhamid Dipopramono: Jejak dan Orientasi Awal BPPM Balairung
Perlawanan Warga Kampung Laut Atas Penggusuran Lahan Lapas...
Program MBG Timbulkan Keracunan Massal, Ibu-Ibu Gelar Aksi
Ruang-Ruang Untuk Kami dan Puisi-Puisi Lainnya
Diskusi Film DEMO(k)RAS(i) Ungkap Ketidakadilan Iklim oleh Pemerintah
BARA ADIL Lakukan Siaran Pers, Ungkap Catatan Penangkapan...
Sampai Kapanpun, Aparat Bukanlah Manusia!

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KABARKILASMagang

Nasib Nahas Kebebasan Warga Sipil dalam Kekangan Rezim Jokowi

Oktober 22, 2020

©Winda/Bal

Senin (19-10), Lokataru Foundation mengadakan diskusi daring dengan judul “Kebebasan Sipil vs Rezim Jokowi.” Dalam pelaksanaan diskusi  ini, Lokataru Foundation menghadirkan tiga narasumber yaitu Asfinawati Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Yati Andriyani Pendiri hakasasi.id, dan Josardi Azhar Mahasiswa S1 Fakultas Filsafat UGM. Jalannya diskusi dipandu oleh Kirana Anjani, anggota Lokataru Foundation. Acara ini dilaksanakan melalui Zoom dan disiarkan secara langsung lewat kanal YouTube Lokataru Foundation. Diskusi tersebut membahas keadaan pembungkaman warga sipil oleh rezim Jokowi dan cara mengatasinya.

Asfinawati mengawali diskusi dengan menyatakan bahwa kekangan kebebasan warga sipil meningkat seiring banyaknya stigmatisasi warga sipil sebagai anarko. Ia menganggap itu merupakan upaya rezim Jokowi untuk menggagalkan aksi demonstrasi dari masyarakat. “Rezim Jokowi berusaha mengkambinghitamkan dan menangkap para demonstran, padahal belum tentu yang ditangkap itu anarko,” ujar Asfinawati.

Asfinawati juga menceritakan bahwa aparat kepolisian melarang Lembaga Bantuan Hukum untuk memberi pendampingan hukum kepada rakyat sipil. Mereka merupakan korban penangkapan paksa aparat pada aksi Tolak UU Cipta Kerja 8 Oktober 2020. Menurutnya, tindakan seperti itu telah melanggar konstitusi negara. “Negara harus menjamin bahwa setiap orang yang ditangkap berhak didampingi kuasa hukum,” jelas Asfinawati.

Yati Andriyani melanjutkan diskusi dengan menjelaskan perbedaaan pengekangan kebebasan warga sipil pada masa rezim Jokowi dan Orde Baru. Yati berpendapat bahwa pengekangan pada masa Orde Baru dilakukan dengan pemberdayaan undang-undang. Sedangkan pengekangan pada rezim Jokowi dilakukan dengan cara yang lebih beragam. “Sekarang pengekangan justru lebih variatif, bentuknya dilakukan dengan penangkapan paksa dan penyebaran berita hoax,” terang Yati.

Dalam diskusi ini, Yati berpendapat bahwa pengekangan warga sipil juga terbentuk dalam pengelabuan yang dilakukan oleh rezim Jokowi melalui janji politik. Menurutnya, rezim Jokowi tidak memprioritaskan janji penegakan HAM pada periode kedua karena dirasa tidak perlu. “Pemerintah tidak mempunyai beban menegakkan HAM jadi bisa langsung melakukan serangan pada warga,” ujar Yati.

Yati mengakhiri pembicaraannya dengan menyatakan bahwa pengekangan kebebasan warga sipil harus direspon dengan mendobrak informasi yang hanya diketahui oleh negara. Menurutnya, kebebasan informasi sebagai isu utama yang harus diperjuangkan oleh warga sipil. “Perlu adanya advokasi berbasis fakta dan penguatan kerja secara konsolidasi, mobilisasi, serta membuka gerakan warga sipil,” ucap Yati.

Sebagai pembicara terakhir diskusi, upaya mengatasi pengekangan disampaikan oleh Josardi. Menurutnya, melakukan upaya konfrontatif dan mengurangi upaya kolaboratif dengan rezim Jokowi merupakan cara yang efektif dalam mengatasi pengekangan kebebasan warga sipil. “Dalam aksi massa tidak harus ke Gedung DPR atau Istana Negara yang penting turun ke jalan dan nyatakan solidaritas antar warga sipil,” ungkap Josardi.

Penulis: Ridha Fatmasari, Abdul Azizul Hakim, dan Lokahita Pradipta (Magang)
Penyunting: Affan Asyraf
Fotografer: Winda Hapsari Indrawati (Magang)

diskusikebebasan sipilpembungkaman aspirasiUU Cipta Kerja
12
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

SANGKAR Ungkap Dugaan Salah Tangkap 14 Anak di...

Perlawanan Warga Kampung Laut Atas Penggusuran Lahan Lapas...

Program MBG Timbulkan Keracunan Massal, Ibu-Ibu Gelar Aksi

Diskusi Film DEMO(k)RAS(i) Ungkap Ketidakadilan Iklim oleh Pemerintah

BARA ADIL Lakukan Siaran Pers, Ungkap Catatan Penangkapan...

Solidaritas Warga Warnai Aksi Jogja Memanggil

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Episode-Episode Perjalanan

    Oktober 16, 2025
  • SANGKAR Ungkap Dugaan Salah Tangkap 14 Anak di Magelang

    Oktober 12, 2025
  • Didik Supriyanto: Kebangkitan Gerakan Mahasiswa Menuju Reformasi

    Oktober 12, 2025
  • Abdulhamid Dipopramono: Jejak dan Orientasi Awal BPPM Balairung

    Oktober 8, 2025
  • Perlawanan Warga Kampung Laut Atas Penggusuran Lahan Lapas Nusakambangan

    September 30, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM