
©️Istimewa
Minggu (03-11), keadaan tampak padat di sepanjang Jalan Malioboro. Setiap sisi jalan dipadati oleh warga Yogyakarta yang menyaksikan “Jogja Fashion Carnival”. Karnaval yang menjadi ujung perhelatan “Jogja Fashion Week 2019” ini mengusung tema “Jantaka Anargya” yang berarti mengubah limbah menjadi barang yang lebih berharga. Acara ini dapat terselenggara berkat kerja sama Dinas Pariwisata DIY dengan panitia, peserta, serta berbagai guest star yang turut meramaikan Jogja Fashion Carnival (JFC).
Karnaval diikuti oleh 25 peserta dari berbagai institusi pendidikan dan komunitas, antara lain dari Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta, Komunitas Karnaval Rawikara Fashion, Sanggar Anak Alam Yogyakarta, dan berbagai komunitas lainnya, baik dari Yogyakarta maupun dari luar daerah. Para peserta menampilkan beragam kostum karnaval yang unik dan menarik dengan bahan hasil daur ulang limbah lingkungan. “Kami memilih limbah CD, plastik hitam, serta bubble wrap sebagai bahan utama kostum kami. Pengerjaannya memakan waktu sekitar satu minggu,” ujar salah satu peserta yang berasal dari Akademi Kesejahteraan Sosial AKK Yogyakarta.
Karnaval dimulai sekitar pukul 14.30 WIB dengan penampilan dari Tim Marching Band Universitas Gadjah Mada. Arak – arakan dimulai dari depan gedung DPRD Yogyakarta dan berakhir di titik nol kilometer. Selain pertunjukan dari peserta, karnaval ini juga turut dimeriahkan oleh penampilan dari Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul. Dalam penampilannya, Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul mengenakan kostum bertema “Kembang Kates” yang bermakna bahwa hidup ini sarat akan perjuangan, seperti khasiat yang baru bisa didapat setelah merasakan pahitnya kembang kates. Selain itu, karnaval ini juga dihadiri oleh guest star ternama, yakni Tim Karnaval Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (FT UNY), Jember Carnival, Banyuwangi Etno Carnival, dan Salatiga Carnival Center. “Pada JFC tahun ini, kami menampilkan 19 kostum dengan bahan utama dari botol dan plastik bekas,” ujar Kintan, salah satu koordinator Tim Karnaval FT UNY.
Berdasarkan penjelasan dari Fauzan Armando selaku anggota Tim Pelaksana Jogja Fashion Carnival 2019, JFC tahun ini jelas memiliki perbedaan yang mencolok dibandingkan dengan JFC tahun lalu. Tahun lalu, batik nusantara dipilih sebagai tema JFC. Sedangkan tahun ini, JFC berfokus pada pemanfaatan limbah lingkungan. Meskipun begitu, kostum yang ditampilkan tetap mengandung nilai – nilai budaya nusantara. “Tahun ini, jumlah peserta yang ikut dan guest star yang tampil juga lebih banyak,” tambah Fauzan.
Setelah dua jam berlangsung, karnaval ditutup dengan penampilan dari Banyuwangi Etno Carnival. Lala, salah satu pengunjung yang baru pertama kali menyaksikan Jogja Fashion Carnival, mengaku sangat terkesan dengan acara ini. “Kostum yang ditampilkan benar – benar di luar ekspektasi. Saya menjadi lebih termotivasi untuk mengolah limbah lingkungan menjadi produk – produk yang lebih bermanfaat,” ungkapnya.
Penulis: Anisa Azmi Nurrisky A. (Magang)
Penyunting: Hanifatun Nida