Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah
Gerakan Hijau Tersandera Meja Hijau
Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...
Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir
SEJAGAD, Serikat Pekerja Kampus Pertama di Indonesia, Resmi Didirikan
Jejak Trauma Kolektif Korban Kekerasan Orde Baru dalam...
Jurnalis Perempuan Selalu Rasakan Ketimpangan dan Kekerasan
Zine Media Perlawanan Alternatif Perempuan di Tengah Perayaan...
Proyek Kapitalisasi Kegilaan
Kelakar UGM, KKN Tak Boleh Kelar

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KILAS

Mengenal Musik Keroncong Stambul Fajar dari Pulau Mandanau

Juni 24, 2019

©Jalu/Bal

Petikan ukulele malam itu membuka acara Seminar Sesrawung PKKH UGM yang berjudul “Keroncong Stambul dan Kisah Lainnya: Hasil Riset dan Residensi Seniman Mengajar 2018.” Ceramah budaya bertajuk “Keroncong Stambul Fajar dan Kisah Lainnya” diselanggarakan di Gedung Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjosoemantri (PKKH) pada Rabu (09/06). Acara ini diselenggarakan oleh PKKH UGM dengan tujuan untuk mengenalkan berbagai kebudayaan yang ada di Indonesia. Dalam acara tersebut juga turut hadir Iqbal Saputra dan Hannah Standiford selaku pembicara. Mereka berdua sempat melakukan riset mengenai Keroncong Stambul Fajar yang ada di Pulau Mendanau, Belitung pada tahun 2018.

Kesenian Keroncong kerap diidentikan dengan kesenian Jawa, sehingga tema Keroncong Stambul Fajar ini menarik untuk diangkat.  Hal tersebut juga disampaikan oleh Hamada Adzani, yang akrab disapa Mada, selaku manajer program Seminar Sesrawung PKKH UGM. Menurut Mada, Indonesia yang luas tidak hanya direpresentasikan oleh Jawa saja. “Saya berusaha menampilkan beragam sisi dari Indonesia, termasuk keroncong yang bukan Jawa,” terangnya.

Ketika bertemu Iqbal, Mada sepakat untuk membahas Keroncong Stambul Fajar dalam Acara Seminar Sesrawungan PKKH UGM. Iqbal menjelaskan bahwa Keroncong Stambul merupakan salah satu dari beberapa jenis musik keroncong yang ada saat ini. Dinamakan Keroncong Stambul karena sejarah musik ini dipengaruhi oleh musik gaya Istanbul. Sebelum Iqbal memulai risetnya, ia menduga terdapat keterkaitan antara Keroncong Stambul Fajar di Pulau Mendanau dengan musik keroncong yang ada di Jawa. Namun asumsi Iqbal tidak terbukti. “Ketika observasi, di sana saya menemukan kenyataan bahwa apa yang selama ini saya yakini ternyata tidak ada atau tidak terbukti,” ujarnya.

Pada acara tersebut, Hannah Standiford membahas perubahan yang terjadi pada musik Keroncong Stambul Fajar setelah menjadi objek utama pariwisata di Kabupaten Belitung. Hannah menjelaskan bahwa turis yang datang ke sebuah destinasi wisata pasti mempunyai harapan atau ekspektasi terhadap destinasi wisata yang dikunjungi. Upaya untuk memenuhi ekspektasi turis tersebut juga dapat mendorong seniman musik memodifikasi musik yang mereka tampilkan. “Pada kasus ini, Kelompok Musik Pengakar Campo dapat melestarikan Musik Keroncong Stambul Fajar tetap sama seperti yang biasa dimainkan zaman dulu,” tambah Hannah.

Selain diskusi, kelompok kesenian Keroncong Stambul Fajar, Pengakar Campo turut menampilkan musik dari Pulau Mandanau, Belitung. Paryanta, selaku Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Belitung, mendukung berbagai upaya untuk menggali dan  mengembangkan kebudayaan yang dimiliki Belitung. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Belitung juga sudah mendaftarkan kesenian tersebut untuk menjadi cagar kebudayaan non-fisik. “Dinas Kebudayaan telah berupaya mendaftarkan sebagai kekayaan budaya non-benda, walau masih dalam proses,” ucap Paryanta.

Penulis: Jalu Tathit P.S.
Penyunting: Abilawa Ihsan

budaya Indonesiagaya istanbulkeroncong stambulkeronocng jawamandanaumusik keroncong
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah

Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...

SEJAGAD, Serikat Pekerja Kampus Pertama di Indonesia, Resmi Didirikan

Jejak Trauma Kolektif Korban Kekerasan Orde Baru dalam...

Jurnalis Perempuan Selalu Rasakan Ketimpangan dan Kekerasan

Zine Media Perlawanan Alternatif Perempuan di Tengah Perayaan...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah

    Mei 4, 2025
  • Gerakan Hijau Tersandera Meja Hijau

    Mei 4, 2025
  • Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender dalam Sejarah Indonesia

    Mei 3, 2025
  • Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir

    April 30, 2025
  • SEJAGAD, Serikat Pekerja Kampus Pertama di Indonesia, Resmi Didirikan

    April 28, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM