Senin (10/11) pukul 16.00, Ruang Sidang A123 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) mulai dipenuhi oleh mahasiswa. Di ruangan itu diadakan acara talk show dalam rangka memperingati Hari Pahlawan. Acara ini diselenggarakan oleh Lembaga Mahasiswa (LM) Psikologi UGM. Panitia menghadirkan dua pembicara utama. Mereka adalah seorang veteran bernama Samdhy, dan Aris Saputra yang akrab disapa Haidar mahasiswa pascasarjana Psikologi UGM.
Membuka acara, Samdhy selaku veteran yang tergabung dalam Legiun Veteran Republik Indonesia Kecamatan Danurejan menceritakan peristiwa perang 10 November 1945 yang diikutinya. Peristiwa heroik itu memakan banyak korban ketika kota Surabaya digempur oleh tentara sekutu. Hal ini diakibatkan oleh keterbatasan senjata yang dimiliki para pejuang saat itu. Menurut beliau, keterbatasan tersebut bukan alasan untuk menyerah. Karena perjuangan yang dilakukan adalah sebuah bentuk pengabdian kepada ibu pertiwi. Lebih lanjut beliau mengutip perkataan Ir. Soekarno yang berbunyi “Menyatukan bangsa Indonesia adalah dengan nasionalisme dari Sabang sampai Merauke”. Samdhy berharap agar para mahasiswa belajar dengan rajin dan tidak manja. Sehingga kedepannya dapat berkontribusi dalam usaha untuk mempersatukan bangsa.
Berbeda dengan Samdhy yang membahas tentang peristiwa perang, Haidar membahas tentang pergerakan mahasiswa. Ia mengatakan, mahasiswa harus mengerti posisinya dalam konstelasi politik Indonesia. Dalam menjalankan perannya ini mahasiswa harus menjaga semangat dan idealismenya. Berkaca ke belakang, semangat dan idealisme mahasiswa berperan besar dalam peristiwa bersejarah bangsa, seperti misalnya peristiwa kemerdekaan 1945, peristiwa pergantian presiden Soekarno ke presiden Soeharto tahun 1966, dan reformasi 1998. “Maka hendaknya mahasiswa di era ini juga memiliki semangat pergerakan yang sama besarnya,” imbuhnya.
Bianglala Andriadewi dari Psikologi ’13 selaku ketua panitia mengatakan bahwa ide untuk menjadikan seorang veteran sebagai pembicara dalam talk show ini berasal dari mahasiswa baru yang magang di LM Psikologi UGM. “Acara talk show ini diadakan sebagai pembeda dari acara tahun sebelumnya,” jelas Bianglala. Karena pada tahun sebelumnya telah diadakan seminar dan aksi turun ke jalan.
Dalam mencari narasumber, panitia mengaku mendapatkan beberapa kesulitan. Karena kemampuan fisik dan daya ingat beberapa veteran yang sudah menurun. Namun kesulitan yang dihadapi oleh panitia dapat diatasi setelah ditemukannya sebuah rumah paguyuban untuk para veteran. “Pak Samdhy sendiri mengaku senang setelah ada mahasiswa yang berkunjung,” tambah Bianglala.
Acara ini dibuka untuk umum, namun mayoritas pesertanya berasal dari mahasiswa Psikologi UGM. Talk show ini mendapatkan tanggapan positif dari peserta. Salah satunya, Arina Jannah Psikologi ’14. “Saya belajar banyak dari acara ini, salah satunya filsafat kehidupan. Dari narasumber tadi saya dapat menyadari bahwa mahasiswa merupakan tonggak bagi kemajuan bangsa,” tuturnya. [Tri Utami Rosemarwati, Tika Sri Wulandari, Barkah Aji Febriyanto, Devananta Rizqi Rafiq]