Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau
Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang
Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran...
Mitos Terorisme Lingkungan
Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan...
Kapan KKN Harus Dihapus?
Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah
Gerakan Hijau Tersandera Meja Hijau
Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...
Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
AGENDAKABAR

Yogyakarta Gamelan Festival ke-19

Agustus 21, 2014

YGF 2014

Yogyakarta Gamelan Festival kembali digelar. Festival gamelan berskala internasional yang dihelat oleh Komunitas Gayam 16 ini memasuki tahun ke-19. Bertempat di Taman Budaya Yogyakarta, acara tersebut diselenggarakan selama tiga hari berturut-turut, Kamis-Sabtu (21-23/8) dengan mengusung tema “Belongs to Everyone”. “Sebuah kenyataan bahwa gamelan seharusnya sudah menjadi milik semua orang,” ungkap Setyaji Dewanto, General Manager Yogyakarta Gamelan Festival, dalam press release yang dikeluarkan pada hari Selasa (19/8). Ia juga mengungkapkan, sudah saatnya manusia menghargai keberadaan gamelan.

Dalam 19th Yogyakarta Gamelan Festival ini, pengunjung bisa menikmati pertunjukan musik gamelan yang berasal dari berbagai daerah. Para penampil pun datang dari beberapa tempat seperti Bantul, Pacitan, dan Solo. Selain itu, ada pula penampil dari luar negeri seperti China, Mexico, dan Amerika.

Acara ini tidak hanya menampilkan pertunjukan musik, tetapi juga pameran dari Kowplink Studio. Gamelan DJ, sebuah aplikasi musik berbasis Android yang memadukan instrumen tradisional dan modern, juga ditampilkan dalam pameran ini. Ada pula karya berupa aplikasi berbasis komputer dengan menggunakan kinect, sebuah teknologi air motion gesture yang menggabungkan musik, tarian, kultur lokal, dan edukasi. Memadukan lima ragam alat musik tradisional Indonesia, aplikasi ini mampu menjadi sarana pengenalan alat musik tradisional menjadi lebih kekinian.

Pada hari terakhir gelaran 19th Yogyakarta Gamelan Festival, workshop digelar di Lobby Societet Taman Budaya Yogyakarta. Seniman Rinding Gumbeng Nguri Seni dari Gunung Kidul hadir sebagai pembicara. Acara yang dibuka pukul 15.00 WIB ini mengusung tema Musik Mulut. Rinding, sebuah alat musik dari bambu yang dimainkan menggunakan mulut, menjadi topik yang akan dibahas dalam workshop.

Selama sembilan belas tahun, Yogyakarta Gamelan Festival selalu menjadi ajang yang ditunggu-tunggu para pecinta gamelan. Tidak hanya para pemain, festival ini juga menjadi ajang berkumpul para penikmat gamelan yang hanya sekedar mendengarkan alunan musik. Yogyakarta Gamelan Festival menjadi media para pemain gamelan untuk memamerkan karya-karya mereka. Melalui festival ini, Setyaji berharap pola pikir generasi muda terhadap budaya bangsa yang selama ini dianggap kuno bisa berubah. “Menggagas kehidupan seni gamelan yang dinamis, selalu menyelaraskan diri dengan zaman tanpa harus kehilangan latar belakang budayanya dan saling menghargai keanekaragaman kebudayaan di dunia menjadi visi diselenggarakannya Yogyakarta Gamelan Festival ini,” ujar Setyaji.

Kini, gamelan sebagai warisan budaya bangsa sudah diakui dan dipelajari oleh negara-negara di dunia. Di usianya yang ke-19, Yogyakarta Gamelan Festival patut disejajarkan dengan festival kelas dunia lainnya. “Sudah saatnya Yogyakarta Gamelan Festival menjadi ‘icon’ Yogyakarta,” pungkasnya. [Ervina Lutfikasari]

 

0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Peringatan Hari Perempuan Sedunia 2022 Tuntut Bebaskan Perempuan...

Tuntut Audiensi dan Pencabutan IPL, Aksi untuk Wadas...

Penyintas Kekerasan Tuntut Keadilan Lewat Karya Tulis

Di Balik Kampanye Antitembakau, Industri Farmasi Monopoli Nikotin

Pelarangan Senjata Nuklir Kian Mendesak di Tengah Konflik...

Survei LSI: Masyarakat dan Partai Politik Kompak Menolak...

Pos Terbaru

  • Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau

    Juni 12, 2025
  • Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang

    Juni 4, 2025
  • Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran HAM

    Juni 3, 2025
  • Mitos Terorisme Lingkungan

    Mei 25, 2025
  • Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan Mahasiswa

    Mei 24, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM