Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau
Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang
Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran...
Mitos Terorisme Lingkungan
Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan...
Kapan KKN Harus Dihapus?
Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah
Gerakan Hijau Tersandera Meja Hijau
Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...
Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KABARNALAR

BANSER: Konstruksi Budaya Sebuah Kelompok Paramiliter

Desember 18, 2012
©Benyamin Siburian

©Benyamin Siburian

Mereka bukan polisi,  bukan pula  tentara. Mereka adalah santri pesantren yang memiliki loyalitas terhadap ideologi, negara, dan agama.

Sejak berdirinya organisasi   Boedi Oetomo  tahun 1908, organisasi kepemudaan di Indonesia mulai bermunculan di Indonesia. Pada awalnya, organisasi kepemudaan  berfungsi sebagai wadah kaum-kaum intelek dalam usaha merebut kemerdekaan secara diplomatis. Seiring dengan perkembangan zaman, fungsi dari organisasi tersebut kian berkembang. Fungsinya sudah mulai menjurus ke berbagai bidang mulai dari sosial, edukasi, olahraga, bahkan militer.

Di era reformasi organisasi kepemudaan militer kian dilupakan masyarakat. Namun, sebagian dari mereka masih eksis hingga saat ini. Salah satunya adalah Banser (Barisan Serbaguna) yang merupakan kelompok paramiliter semi-otonom dari organisasi Pemuda Ansor berada dibawah naungan Nahdlatul Ulama’ (NU). Sebagai badan yang di bentuk oleh NU, peran Banser diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi lembaga pembentuknya. Contoh kongkritnya adalah mengamankan berbagai acara yang menyangkut kepenting NU.  Ketika acara tersebut diselenggarakan, sering dijumpai sekelompok orang berseragam militer. Kelompok tersebut  bertindak sebagai aparat penjaga keamanan dan ketertiban selama acara berlangsung. Mereka bukanlah, satpam, polisi ataupun tentara, mereka tidak lain adalah anggota Banser. Kita tidak pernah tahu apa sebenarnya fungsi Banser itu sendiri, bagaimana sistem perekrutanya dan apa latar belakang anggotanya.

Seiring dengan berjalannya waktu, fungsi Banser tidak hanya melindungi kepentingan NU. Kini Banser mulai berfungsi untuk membantu menjaga keamanan dan stabilitas nasional. Hal tersebut  yang dibahas Hairussalim, mahasiswa S2 Program Studi Antropologi  1998  dalam tesisnya “ Banser: Konstruksi Budaya Sebuah Kelompok Paramiliter”. Dalam tesis ini Hairussalim ingin mengungkap beberapa permasalahan yang ada dalam perjalanan banser hingga saat ini. Masalah yang diungkap mulai dari latar belakang banser hingga peranan banser dari awal berdiri sampai masa kepresidenan Abdurrahman Wahid. Selain itu beliau mengkaji fungsi serta peran organisasi banser di mata masyarakat.

Hairussalim menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan data. Metode dilakukan mulai dari mengambil data dari referensi tertulis hingga melakukan observasi dan wawancara langsung. Penelitian tentang Banser ini mengalami berbagai kendala yanag cukup rumit. Mereka hanya ditugaskan jika ada acara besar yang menyangkut kepentingan NU sehingga observasi dan wawancara dilakukan secara spontan. Observasi dan wawancara semakin sulit karena pengurus Banser seringkali tidak memberitahukan waktu penugasan Banser. Padahal, sebelumnya penulis telah meminta untuk dihubungi oleh pengurus banser jika banser bertugas. Selain itu, lingkup penelitian Hairussalim terbatas pada wilayah DIY dan sekitarnya karena wilayah tersebut cenderung lebih mudah untuk diobservasi dibandingkan dengan daerah lain. Karakteristik antara anggota Banser berbeda di Jawa khususnya jawa timur lebih radikal, sedangkan diluar pulau jawa cenderung lembek .

Temuan yang menarik dari tesis ini adalah pengabdian anggota Banser terhadap NU, pesantren, dan kyai.  Anggota banser yang sebagian besar adalah santri memiliki loyalitas yang besar terhadap ketiga hal tersebut. Loyalitas tersebut dibangun melalui pendidikan secara fisik maupun mental. Pendidikan tersebut mencakup pelatihan militer ditambah dengan pencak silat,ilmu kanuragan, dan tenaga dalam. Hal menarik lainnya adalah masyarakat dibeberapa daerah lebih mempercayai banser daripada aparat penegak lainnya seperti polisi ataupun tentara. Pengabdian tersebut dibayar dengan kepercayaan masyarakat yang lebih dibanding aparatur keamanan yang lain. Kepercayaan yang diperoleh dari masyarakat  disebabkan sejarah  banser itu sendiri, dimana doktrin yang terbentuk membuat anggota banser loyal terhadap NU dan masyarakat.

Tesis ini menunjukan kepada kita hal-hal yang selama ini jauh dari pikiran orang selama ini. Kebanyakan dari kita berpikir Banser hanyalah suatu organisasi semi militer yang bertugas mengamankan dan menertibkan jalannya suatu acara yang berbasis NU. Padahal dibalik itu semua, barisan ini mempunyai peran dan andil cukup besar dalam stabilitas keamanan Indonesia. Misalnya dalam perayaan besar umat kristiani, anggota banser turun menjaga keamanan di sekitar gereja. Hal tersebut selain sebagai bentuk mewujudkan keamanan, juga merupakan wujud toleransi beragama dari anggota banser sendiri. [Roni Sulfa Ali,  Rifki Afwakhoir, Anggrelika Putri]

banserkelompok paramiliterkonstruksi budayanu
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Peringatan Hari Perempuan Sedunia 2022 Tuntut Bebaskan Perempuan...

Tuntut Audiensi dan Pencabutan IPL, Aksi untuk Wadas...

Penyintas Kekerasan Tuntut Keadilan Lewat Karya Tulis

Di Balik Kampanye Antitembakau, Industri Farmasi Monopoli Nikotin

Pelarangan Senjata Nuklir Kian Mendesak di Tengah Konflik...

Survei LSI: Masyarakat dan Partai Politik Kompak Menolak...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau

    Juni 12, 2025
  • Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang

    Juni 4, 2025
  • Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran HAM

    Juni 3, 2025
  • Mitos Terorisme Lingkungan

    Mei 25, 2025
  • Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan Mahasiswa

    Mei 24, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM