Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Warga Pesisir Semarang dalam Getir Tata Kelola Air
Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau
Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang
Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran...
Mitos Terorisme Lingkungan
Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan...
Kapan KKN Harus Dihapus?
Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah
Gerakan Hijau Tersandera Meja Hijau
Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KABAR

Pentas “Dolanan Anak” Bagi Rakyat

Februari 12, 2012

Lapangan badminton desa disulap menjadi arena pementasan teater pada malam hari itu. Senyap suasana malam hari terganti oleh suara obrolan para penonton dan celotehan anak-anak kecil yang tidak sabar ingin menonton pertunjukan teater. Sebagian dari mereka rela duduk tanpa alas guna menyaksikan aksi Bambang, pakdhe, dan lainnya.

Tak lama kemudian Bambang dan si mbok hadir ke muka penonton. Layaknya anak kecil lainnya, Bambang sangat suka bermain mainan. Ia memiliki banyak mainan seperti boneka, wayang, topeng-topengan, dan truk-trukan yang dibuat oleh pakdhe. Namun, setiap kali bermain Bambang jarang membereskan mainan-mainannya kembali. Hal ini yang membuat si mbok kesal karena harus merapikan mainan seorang diri.

Mainan yang dimiliki Bambang ternyata menarik perhatian teman-temannya. “Bambang, mainan yang kamu punya bagus,” ujar Siti, salah satu teman Bambang. Alhasil, seusai belajar kelompok, mereka bermain mainan Bambang. Akan tetapi, keceriaan dan kegembiraan di antara mereka tiba-tiba lenyap sewaktu Hasnah mencium bau tidak sedap yang datang dari arah Bambang. Seketika mereka tidak ingin bermain lagi dengan Bambang. Bambang yang sedih justru semakin dijauhi oleh teman-temannya saat Nunung datang sambil membawa beberapa mainan yang lebih bagus dan modern.

©Hary Prasojo

Bambang marah karena dirinya tidak lagi mempunyai teman. Ia menyalahkan pakdhe karena mainan yang dibuatnya tidak sebagus kepunyaan Nunung. Saking marahnya, Bambang membanting semua mainan tersebut serta tidak mau lagi memainkannya. Si mbok yang melihat tingkah Bambang mencoba menasehati agar Bambang tidak berlaku demikian. Tetapi Bambang malah menyuruh pergi si mbok. Baik Bambang dan si mbok sama-sama tidak mengetahui bahwa mainan-mainan yang sekarang tergeletak di atas tanah dapat hidup dan berbicara layaknya mereka berdua.

Cerita di atas adalah cuplikan pementasan “Dolanan Anak #3: Pertunjukan Teater untuk Masyarakat” yang dibawakan oleh Teater Gadjah Mada (TGM), Selasa (7/2). Kesempatan ini dipergunakan TGM untuk mendekatkan teater pada masyarakat dengan cara mementaskannya di panggung terbuka yakni di lapangan badminton Tukangan, Kecamatan Danurejan. “Itu sebenarnya cita-cita dari dulu tapi baru kesampaian sekarang. Tujuannya adalah ingin memberikan hiburan yang berkualitas pada masyarakat serta edukasi yang sederhana dengan isu yang sederhana juga,” terang Erlina Rakhmawati, penulis naskah teater.

Berbeda dengan kedua cerita pementasan teater  “Dolanan Anak” sebelumnya, kali ini Erlina mencoba menggabungkan dua unsur yakni anak kecil dan benda atau material. “Saya lebih menekankan pada konflik idealisme terkait dengan paradoks antara modern dan tradisional. Ternyata, semua itu dinilai dari benda-benda karena sekarang manusia udah mulai paham materialisme.” jelas Erlina. Paham materialisme tersebut menurut Erlina juga telah dipraktekkan oleh anak-anak kecil. “Pilih-pilih teman karena sebuah benda itu sebenarnya dimulai sejak kecil,” tambah Erlina.

 

©Hary Prasojo

Adapun pertunjukan teater “Dolanan Anak #3: Pertunjukan Teater untuk Masyarakat” kembali dipentaskan sebagai wujud apresiasi terhadap teater “Dolanan Anak” sebelumnya. Saat itu teater “Dolanan Anak” berhasil menyabet sebelas piala di ajang Festival Teater Mahasiswa Nasional (Festamasio) V di Palembang. “Karena kita juga mau mempertunjukan pada masyarakat Jogja jadi kami menggunakan tema “Dolanan untuk Masyarakat”,” papar Arie Tegil selaku sutradara pementasan teater.

Selama pementasan teater berlangsung, penonton kerap dibuat tertawa oleh aksi para pemain. Konsep panggung terbuka yang dipakai dalam pementasan teater ini turut mengundang apresiasi. “Inovatif karena mereka memakai “panggung” di tengah kampung. Interaksi dengan masyarakat selama pentas juga bagus. Dengan adanya pertunjukan gratis serta skenario yang melibatkan masyarakat, hakikat hiburan rakyat yang sebenarnya seperti dikembalikan,” puji Danastri Risqi Nabillah, mahasiswa Ilmu Komunikasi 2010 yang ikut menonton pertunjukan teater TGM.

[Nindias Nur Khalika]

 

 

 

teater gadjah madaugm
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Peringatan Hari Perempuan Sedunia 2022 Tuntut Bebaskan Perempuan...

Tuntut Audiensi dan Pencabutan IPL, Aksi untuk Wadas...

Penyintas Kekerasan Tuntut Keadilan Lewat Karya Tulis

Di Balik Kampanye Antitembakau, Industri Farmasi Monopoli Nikotin

Pelarangan Senjata Nuklir Kian Mendesak di Tengah Konflik...

Survei LSI: Masyarakat dan Partai Politik Kompak Menolak...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Warga Pesisir Semarang dalam Getir Tata Kelola Air

    Juni 30, 2025
  • Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau

    Juni 12, 2025
  • Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang

    Juni 4, 2025
  • Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran HAM

    Juni 3, 2025
  • Mitos Terorisme Lingkungan

    Mei 25, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM