Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Muat Candaan Seksis, Buku Gadjah Mada Bercanda Karya...
Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua...
Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam...
Kota Batik yang Tenggelam
Titah AW: Jurnalisme Bisa Jadi Kanal Pengetahuan Lokal
Membumikan Ilmu Bumi
Kuasa Kolonial Atas Pangan Lokal
Anis Farikhatin: Guru Kesehatan Reproduksi Butuh Dukungan, Bukan...
Tangan Tak Terlihat di Balik Gerakan Rakyat
Tantangan Konservasi dan Pelestarian Lingkungan dalam Diskusi Ekspedisi...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KILAS

Muat Candaan Seksis, Buku Gadjah Mada Bercanda Karya Heri Santoso Tuai Kritik Mahasiswa

Desember 5, 2025

Hiruk pikuk kampus pada Kamis (20-11) sore itu terhenti sejenak ketika seorang mahasiswa mengirimkan pranala cuitan X ke grup WhatsApp yang membahas Heri Santoso, dosen Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM). Cuitan yang diunggah oleh akun X @senorwenceslao itu menyebutkan bahwa Heri telah menulis buku yang memuat tulisan bernada seksis dan misoginis. Buku berjudul Gadjah Mada Bercanda: Humor, Hikmah & Kisah Unik Dosen UGM yang mencantumkan nama Laboratorium Filsafat Nusantara (Lafinus) UGM sebagai penerbit itu sontak menuai respons geram mahasiswa Fakultas Filsafat. “Yang begini [tulisan Heri-red] harus ditindak tegas, itu buku di-publish pakai nama Gadjah Mada dan Lafinus Filsafat UGM,” tulis salah seorang mahasiswa dalam pesan grup.

Menanggapi permasalahan tersebut, BALAIRUNG mewawancarai Heri secara langsung pada Jumat (21-11). Heri berkelit tidak ada perkara yang salah dalam tulisannya. Ia mengatakan tulisannya yang viral beberapa waktu lalu masih dalam batas wajar. Menurutnya, respons negatif muncul sebab perbedaan gaya humor antargenerasi semata. “Humor tahun 80-an ditangkap oleh orang 2025 ya maksudnya agak beda, ” sebutnya.

Selain mengelak humornya wajar, Heri juga mengaku tidak mungkin bagi dirinya untuk memasukkan unsur-unsur seksis dan misoginis di dalam tulisannya. Sebab, menurut Heri, dirinya berpengalaman meneliti persoalan gender di Indonesia. “Mosok saya seksis dan misoginis? Mana to yang seksis?” bantahnya.

Dalih Heri lantas ditentang oleh Kezia, salah seorang mahasiswa Fakultas Filsafat. Ia menyebutkan bahwa beberapa mahasiswa merasa tidak nyaman ketika membaca isi buku tersebut. “Candaannya itu, lucunya itu nggak normal lah,” ungkapnya.

Kezia juga menyayangkan penerbitan buku Gadjah Mada Bercanda justru dilakukan oleh Lafinus UGM. Ia menganggap bahwa pihak fakultas seharusnya dapat menyadari adanya muatan yang tidak etis dalam buku tersebut. “Kok bisa yang kayak gini lolos gitu lho untuk dijadikan buku. Siapa editornya?” keluhnya.

Alih-alih menindak Heri, mahasiswa Fakultas Filsafat lain bernama Rafie mengatakan pihak fakultas justru tidak kunjung merespons masalah ini. Menurutnya, ketiadaan respons dari pihak fakultas malah membuka ruang kemungkinan terjadinya tindakan kurang etis serupa ke depannya. “Bisa aja sewaktu-waktu akan terjadi lagi kejadian-kejadian yang nggak menyenangkan seperti itu,” ujar Rafie.

Tak hanya itu, mahasiswa Fakultas Filsafat bernama Imi (bukan nama sebenarnya) juga menyampaikan tindakan yang seharusnya dilakukan pengajar di Fakultas Filsafat. Menurut Imi, mereka seharusnya dapat mengidentifikasi adanya muatan seksis dan misoginis sebelum tulisan tersebut terbit. “Apakah nggak ada orang yang dari awal udah point out masalahnya di mana, gitu? Mereka yang sekelas dosen-dosen semua,” tegas Imi.

Penulis: Reza Faza dan Rifky Wildhani
Penyunting: Dicky Dharma
Ilustrator: Manggar Eiklessia Widdy

13
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua...

Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam...

Tantangan Konservasi dan Pelestarian Lingkungan dalam Diskusi Ekspedisi...

LBH Yogyakarta Ungkap Intimidasi Aparat Pasca-Aksi Agustus di...

Diskusi dan Perilisan Zine Maba Sangaji Basuara, Tilik...

Diskusi Buku dan Budaya, Soroti Peran Sastra Melawan...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Muat Candaan Seksis, Buku Gadjah Mada Bercanda Karya Heri Santoso Tuai Kritik Mahasiswa

    Desember 5, 2025
  • Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua Bukan Tanah Kosong

    November 24, 2025
  • Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam Sikapi Diskriminasi

    November 24, 2025
  • Kota Batik yang Tenggelam

    November 21, 2025
  • Titah AW: Jurnalisme Bisa Jadi Kanal Pengetahuan Lokal

    November 21, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM