Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Muat Candaan Seksis, Buku Gadjah Mada Bercanda Karya...
Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua...
Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam...
Kota Batik yang Tenggelam
Titah AW: Jurnalisme Bisa Jadi Kanal Pengetahuan Lokal
Membumikan Ilmu Bumi
Kuasa Kolonial Atas Pangan Lokal
Anis Farikhatin: Guru Kesehatan Reproduksi Butuh Dukungan, Bukan...
Tangan Tak Terlihat di Balik Gerakan Rakyat
Tantangan Konservasi dan Pelestarian Lingkungan dalam Diskusi Ekspedisi...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KILAS

Pengelolaan Food Waste Belum Serius, Imbas Absennya Peran Pemerintah

Desember 2, 2024

©Navia/Bal

Pada Jumat (29-11), Indonesian Institute of Journalism (IIJ) bekerjasama dengan Envmission, perusahaan rintisan bidang mitigasi perubahan iklim, mengadakan diskusi daring melalui media Zoom yang bertajuk “Food Waste, Inisiatif Pelaku Usaha dan Program Makan Bergizi Gratis”. Diskusi ini membahas lebih dalam mengenai pengelolaan limbah makanan termasuk dari sudut pandang pelaku usaha dan regulasinya yang juga disiarkan di kanal Youtube IIJ. Diskusi ini menghadirkan tiga narasumber, yakni Pegita Yuni Adittya sebagai pelaku usaha Kopi Tuku, Gusti Raganata sebagai aktivis lingkungan Envmission, dan Maulana Yusran sebagai perwakilan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).

Diskusi dimulai dengan pemaparan dari Gusti Raganata, direktur operasional Envmission, mengenai urgensi penanganan food waste di Indonesia. Ia memaparkan data dari SeaAsia dan GoodStats Indonesia, Indonesia menyumbang hampir 20 juta ton per tahun limbah makanan dengan proporsi 40% dari total limbah yang masuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Menurut Gusti, penanganan limbah makanan juga dinilai belum memadai dibanding jenis sampah yang lain. “Nah, ini sisa makanan kemana? Ini yang selalu jadi pertanyaan untuk sampah organik sehingga belum banyak sebenarnya masyarakat yang mengelola limbah organik,” ujar Gusti.

Selanjutnya, Gusti memaparkan mengenai jumlah pangan yang terbuang di Indonesia, pada tahun 2019 ada 54 juta ton yang terbuang dan terproyeksikan akan meningkat sebesar 88,6% pada tahun 2030. Peningkatan sampah organik ini akan berdampak pada peningkatan gas rumah kaca yang mengakibatkan perubahan iklim. Bahkan, Gusti menegaskan bahwa saat ini sektor limbah menjadi penyumbang emisi metana terbesar di Indonesia, melebihi sektor industri dan energi. “Jadi, kalau masih ada yang suka buang-buang makanan dan sering mengeluh hari ini semakin panas, ya sebenarnya penyebabnya bisa jadi kita sendiri,” terang Gusti.

Sekretaris Jenderal PHRI, Maulana Yusran ikut menambahkan penjelasan atas perkembangan industri pariwisata dan peningkatan sampah organik. Ia menuturkan bahwa peningkatan aktivitas hotel dan restoran dalam pariwisata berimplikasi pada pertambahan volume sampah organik di destinasi wisata. Sejauh ini, PHRI Kota Semarang sudah melakukan pengolahan limbah makanan di sektor pariwisata dengan mendonasikan kelebihan sarapan di perhotelan kepada masyarakat yang membutuhkan. “Ini [pengolahan limbah makanan-red] menjadi nilai ekonomi yang baru, jadi enggak akan rugi mereka para pelaku usaha hotel dan restoran,” tegas Yusran.

Tak luput, Yusran juga mengkritisi pemerintah yang belum menyediakan infrastruktur pengelolaan sampah makanan yang memadai pada bidang pariwisata. Ia menyoroti pemerintah yang minim inovasi dalam pengelolaan tempat pembuangan akhir. Ia menekankan andil pemerintah dalam melakukan pengelolaan sampah. “Pemerintah sebagai regulator wajib menyediakan fasilitas pelayanan [pengelolaan sampah makanan-red],” ungkap Yusran.

Terakhir, Yusran menyampaikan terkait peran pemerintah pusat agar bisa mendorong pemerintah daerah yang memiliki keterbatasan pengelolaan TPA. Ia menyarankan melalui pemanfaatan teknologi sehingga sampah dapat diubah menjadi nilai ekonomi dan bahan yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Yusran menyadari bahwa regulasi dari pemerintah pusat seharusnya tegas agar tidak terjadi pemberian tip ganda ataupun pungutan liar kedepannya. “Itu yang lucunya itu double tipping, Mbak, yang jadi high-cost economy,” tegasnya sebelum menutup pembicaraan.

Sayangnya, Dadan Hindayana, selaku kepala Badan Gizi Nasional tidak menghadiri diskusi daring ini, sehingga kesiapan pemerintah untuk mengelola limbah makanan dari program makan bergizi gratis patut dipertanyakan. Padahal, menurut pemaparan Gusti, program makan bergizi gratis ini berpotensi memberikan dampak kenaikan limbah makanan sebesar 10-25%. Data ini diambil dari beberapa negara yang sudah melaksanakan program serupa seperti Amerika Serikat, India, dan Uni Eropa. “Nah, ini sangat penting untuk mencegah kenaikan yang signifikan, karena [lonjakan limbah makanan-red] sudah pasti tidak bisa dihindari,” sesal Gusti saat memberi tanggapan atas program makan bergizi gratis di Indonesia.

Penulis: Sulthan Zidan, Syahla Nurkhaifa, Falinkha Varally (Magang)
Penyunting: Muhammad Fariz Ardan
Ilustrator: Navia Shofinaim (Magang)

9
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Muat Candaan Seksis, Buku Gadjah Mada Bercanda Karya...

Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua...

Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam...

Tantangan Konservasi dan Pelestarian Lingkungan dalam Diskusi Ekspedisi...

LBH Yogyakarta Ungkap Intimidasi Aparat Pasca-Aksi Agustus di...

Diskusi dan Perilisan Zine Maba Sangaji Basuara, Tilik...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Muat Candaan Seksis, Buku Gadjah Mada Bercanda Karya Heri Santoso Tuai Kritik Mahasiswa

    Desember 5, 2025
  • Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua Bukan Tanah Kosong

    November 24, 2025
  • Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam Sikapi Diskriminasi

    November 24, 2025
  • Kota Batik yang Tenggelam

    November 21, 2025
  • Titah AW: Jurnalisme Bisa Jadi Kanal Pengetahuan Lokal

    November 21, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM