Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
BARA ADIL Lakukan Siaran Pers, Ungkap Catatan Penangkapan...
Sampai Kapanpun, Aparat Bukanlah Manusia!
Polisi Tidur
Solidaritas Warga Warnai Aksi Jogja Memanggil
Partisipasi Publik Makin Terbatas, Ruang Sipil Kena Imbas
Demonstrasi di Mapolda DIY, Gas Air Mata Penuhi...
Jerit Masyarakat Adat Papua dalam Jerat Kerja Paksa...
Konservasi yang Tak Manusiawi
Anggaran Serampangan
Diskusi Serikat Pekerja Kampus, Soroti Ketidakjelasan Proses Etik...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KILASMagangREDAKSI

Solidaritas Yogyakarta untuk Iran Lawan Diskriminasi terhadap Perempuan

November 1, 2022

©Intan/Bal

Sabtu (29-10), Solidaritas Yogyakarta untuk Iran mengadakan aksi solidaritas bertajuk “Solidaritas untuk Iran”. Aksi tersebut merupakan tanggapan atas tewasnya Mahsa Amini, perempuan yang kehilangan nyawa akibat dipukul polisi beberapa waktu lalu. Ia dipukul karena melanggar aturan pemakaian hijab di Iran. Beberapa elemen masyarakat, seperti aktivis, pekerja rumah tangga, akademisi, hingga mahasiswa mengikuti aksi solidaritas ini. Aksi yang terselenggara di kantor Lembaga Bantuan Hukum Yogyakarta tersebut diawali dengan penaburan bunga sebagai simbol duka cita, pemotongan rambut, dan diakhiri dengan pembacaan tuntutan. 

Damairia, aktivis perempuan Yogyakarta, menerangkan bahwa aksi ini merupakan kelanjutan dari aksi yang berlangsung di depan Kedutaan Besar Iran di Jakarta tanggal 3 dan 18 Oktober silam. Selain itu, ia menambahkan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendesak pemerintah Republik Iran agar menghentikan kekerasan terhadap perempuan dan demonstran yang berada di Iran. “Aksi ini adalah bentuk solidaritas untuk perempuan, bukan semata masalah hijab, melainkan menentang segala bentuk pelanggaran hak asasi manusia.” ujar Damairia. 

Perundungan terhadap perempuan belum lama ini terjadi di Indonesia. Ernawati, Koordinator Solidaritas Yogyakarta untuk Iran, menyatakan bahwa perundungan dan pemaksaan penggunaan hijab terjadi di salah satu sekolah di Banguntapan, Bantul, Yogyakarta pada Agustus lalu. Menurutnya, kasus tersebut menunjukkan otoritas sekolah digunakan untuk mengontrol tubuh perempuan yang seharusnya dihormati. “Ini bukan soal antihijab, melainkan antipemaksaan,” ujar Ernawati. 

Berdasarkan laporan Human Right Watch, pelanggaran atas kedaulatan tubuh perempuan di Indonesia masih terjadi. Pelanggaran tersebut terjadi di bidang pendidikan dan pekerjaan. Vera (nama samaran), salah satu peserta aksi, mengaitkan kejadian di Iran dengan kejadian pemaksaan hijab yang dialaminya. Saat itu, Vera yang menjadi tenaga pengajar di salah satu sekolah di Yogyakarta dipanggil oleh petinggi sekolah ke sebuah ruangan. Awalnya, ia mengira pemanggilan tersebut berkaitan dengan ketidaksesuaian metode pengajarannya. “Saat di dalam ruangan ternyata saya malah dipaksa menggunakan hijab,” keluh Vera.

Terkait pemaksaan berhijab, Vera menganggap bahwa sekarang masyarakat memandang rendah perempuan yang tak berhijab. Menyikapi hal tersebut, Vera kini memilih menggunakan pakaian kebaya sehari-hari sebagai simbolisasi perlawanan terhadap segala bentuk diskriminasi perempuan tidak berhijab. “Saya harap dengan adanya aksi ini membuat orang-orang yang takut atau malu jadi berani bersuara,” ujarnya.

Sejalan dengan pernyataan tersebut, Damairia juga memberikan harapan yang serupa. Ia berharap di Indonesia tidak terjadi lagi pemaksaan untuk berhijab. Selain itu, Damairia berpesan untuk membiarkan perempuan menggunakan apa pun yang mereka inginkan. “Biarkan perempuan memilih untuk tubuhnya sendiri,” pungkasnya.

Penulis: Ibnu Rasyid, Muhammad Fachriza Anugerah, dan Rais Aulia (Magang)
Penyunting: Ananda Ridho Sulistya
Fotografer: Surya Intan Safitri (Magang)

5
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

BARA ADIL Lakukan Siaran Pers, Ungkap Catatan Penangkapan...

Solidaritas Warga Warnai Aksi Jogja Memanggil

Partisipasi Publik Makin Terbatas, Ruang Sipil Kena Imbas

Demonstrasi di Mapolda DIY, Gas Air Mata Penuhi...

Jerit Masyarakat Adat Papua dalam Jerat Kerja Paksa...

Diskusi Serikat Pekerja Kampus, Soroti Ketidakjelasan Proses Etik...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • BARA ADIL Lakukan Siaran Pers, Ungkap Catatan Penangkapan Massa

    September 15, 2025
  • Sampai Kapanpun, Aparat Bukanlah Manusia!

    September 9, 2025
  • Polisi Tidur

    September 6, 2025
  • Solidaritas Warga Warnai Aksi Jogja Memanggil

    September 5, 2025
  • Partisipasi Publik Makin Terbatas, Ruang Sipil Kena Imbas

    September 3, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM