Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau
Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang
Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran...
Mitos Terorisme Lingkungan
Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan...
Kapan KKN Harus Dihapus?
Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah
Gerakan Hijau Tersandera Meja Hijau
Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...
Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KILAS

Urgensi Kajian Perempuan dan Lingkungan dalam Pembangunan

Februari 21, 2016
©Krisanti.bal

©Krisanti.bal

Ruang Seminar Timur Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol)  UGM, pada Jumat (19/2) dipadati oleh akademisi, baik dari Indonesia maupun luar negeri, serta aktivis-aktivis LSM di Yogyakarta.  Pagi itu, beberapa lembaga riset bekerja sama mengadakan kuliah umum dengan tema “Women, Development, and Environmental Justice”. Adapun lembaga-lembaga riset yang menyelenggarakan kuliah umum ini adalah Asean Studies Center, Research Centre For Politics and Government (PolGov), Institute of International Studies (IIS)  serta didukung oleh Ewha Womans University, South Korea.

Pihak Dekanat Fisipol UGM yang diwakili oleh Dr. Muhammad Najib Azka S.Sos.,MA., menyambut dan memberi dukungan pada perkuliahan umum ini. Melalui sambutannya, Dr. Najib menyebutkan bahwa perempuan, pembangunan dan lingkungan merupakan isu yang cukup krusial untuk dikaji pada era ini. Hal senada disampaikan oleh Dr. Poppy S. Winanti, MPP., M.Sc., selaku dosen Ilmu Hubungan Internasional Fisipol UGM. “ Perempuan, pembangunan dan lingkungan adalah topik yang memiliki urgensi untuk dikaji, terutama di kawasan Asia,” ungkapnya.

Sesi perkuliahan dimoderatori oleh Desintha Dwi Asriani, MA dengan mempersilakan Ulli Hassanah, seorang warga desa Wonolelo, Kabupaten Bantul, yang menentang penambangan batu putih di daerahnya. Pada sesi ini, Ulli  menceritakan perubahan kondisi lingkungan desa Wonolelo yang tidak lagi sejuk dan asri. “Dalam lima tahun terkahir, seringkali terjadi penambangan di area desa. Baik penambangan batu putih yang dipergunakan untuk material pembangunan, pengerukan tanah hingga penebangan pohon-pohon,” terang Ulli. Beliau menambahkan bahwa kegiatan tersebut  kemudian berdampak pada menipisnya pasokan air di delapan desa, polusi udara akibat aktivitas penambangan, hingga akses jalan yang rusak akibat sering dilewati oleh alat transportasi penambangan.

Mengamini pemaparan Ulli, Dr. Phil Dewi Candraningrum, seorang chief editor Jurnal Perempuan dan Indonesian Feminist Journal , menuturkan bahwa penambangan yang ada di Indonesia seringkali melupakan aspek ekologi serta kesehatan perempuan dan anak. Dr. Dewi menambahkan bahwa terabaikannya aspek ekologi, yang kemudian amat berpengaruh pada penurunan kualitas air, memunculkan permasalahan reproduksi pada wanita Indonesia. “Jangan heran apabila angka kematian ibu dan anak di Indonesia, utamanya yang berada di daerah pertambangan, tidak mengalami penurunan,” ungkapnya.

Menyinggung persoalan pembangunan di Indonesia, dalam presentasinya, Dr. Dewi memaparkan bahwa banyak pembangunan di Indonesia yang kemudian memberi dampak buruk bagi lingkungan sosial sekitarnya. Contoh kasus yang dipaparkan Dr. Dewi adalah pembangunan hotel-hotel di daerah Solo.  Pembangunan hotel-hotel ini kemudian memunculkan permasalahan sosial, karena kerap menjadi tempat untuk menjalankan bisnis prostitusi. Berdasarkan hasil penelitiannya, maraknya pembangunan hotel, berimbas pada harga sewa hotel yang cukup murah, sehingga bisnis prostitusi menjadi lebih mudah dan harga pekerja seks komersial (PSK) semakin murah. “Perempuan, adalah korban terburuk dari pembangunan dan kerusakan ekologi” ungkapnya.

Editor Jurnal Perempuan ini juga menyebutkan bahwa sudah saatnya pembangunan-pembangunan yang dilakukan di berbagai daerah menaruh perhatian khusus pada aspek perempuan dan aspek ekologis. Beliau menegaskan bahwa konsekuensi perubahan iklim maupun kerusakan ekologi berkaitan erat dengan berbagai permasalahan ketahanan pangan dan air, yang kemudian akan terintegrasi dengan kekacauan kondisi sosial masyarakat.

Dr. Dewi banyak memaparkan kilasan hasil riset maupun profil-profil pejuang lingkungan Indonesia yang ternyata didominasi oleh perempuan. Seperti misalnya ibu Nunung yang menuntut penghentian pembangunan hotel di Solo, Ibu Sukinah yang menentang pembangunan pabrik semen di Rembang, serta tokoh-tokoh perempuan pejuang penyelamat lingkungan lain. Perempuan berambut panjang ini menyebutkan bahwa perjuangan para perempuan ini dalam menyelamatakan lingkungan bukanlah tanpa alasan. Perhatian para perempuan ini banyak terfokus pada menurunnya kualitas air , serta menipisnya ketersediaan air di lingkungan masing-masing akibat adanya pembangunan. “Saat ini perempuan tidak lagi menjadi korban dalam kerusakan lingkungan. Perempuan mampu menjadi agen perubahan dalam menyelamatkan lingkungan” tandasnya.

Menanggapi ketiga isu yang dipaparkan, pembicara terakhir dalam kuliah ini, yakni Prof. Kim Eun Shil, direktur dari Korean Women’s Institute, Ewha Womans University,  menerangkan bahwa  saat ini peneliti memiliki peran penting dalam memproduksi pengetahuan yang nantinya akan dikonsumsi publik. Prof. Kim menuturkan bahwa seorang peneliti harus memiliki pengetahuan mengenai prosedur penelitian yang tepat. “Peneliti adalah instrumen penting dalam memperoleh sebuah pengetahuan. Oleh sebab itu, diperlukan pemahaman metode, pengendalian emosi serta keterbukaan pikiran menjadi poin penting dalam proses penelitian.” terangnya.

Perempuan berkacamata ini menerangkan bahwa, meski saat ini banyak perempuan yang menjadi peneliti, namun masih sedikit peneliti perempuan (woman reasearcher) yang berperspektif gender atau feminis dalam penelitiannya. Prof. Kim menyebutkan bahwa perspektif feminis menekankan produksi pengetahuan harus mampu memberi dampak bagi perempuan melalui  perubahan sosial dan individual, terlepas dari perbedaan posisi feminis. “Hidup sebagai seorang feminis, berarti kita memiliki kesadaran tinggi terhadap keadaan lingkungan sekitar kita, dan oleh karenanya, kita dapat menjadi warga negara yang lebih baik dari sebelumnya,” jelasnya. Prof. Kim menambahkan bahwa riset berdasar perspektif feminis akan mengkritisi netralitas atau objektivitas dari tradisi penelitian utama dalam proses produksi pengetahuan.

 

Salah seorang peserta, Ranggoaini Jahja S.Psi., M.Hum, yang akrab disapa Nike, memberi respon positif terhadap sesi perkuliahan ini.  Aktivis dari Perempuan Indonesia Anti-Korupsi (PIA) Yogyakarta ini mengatakan bahwa Indonesia saat ini seperti tengah mendapat ‘kutukan’ dari kekayaan alam yang ada. Nike menuturkan bahwa banyak hal menarik yang telah ia dapat dari sesi perkuliahan ini, terutama terkait dengan korelasi antara kerusakan ekologi dengan kesehatan perempuan. “Saya harap setelah ini muncul lebih banyak penelitian mengenai isu ini , baik dari mahasiswa maupun lembaga-lembaga riset” pungkasnya. [Krisanti A.D.W.]

#seminar #perempuan #lingkungan #UGM
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran...

Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan...

Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah

Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...

SEJAGAD, Serikat Pekerja Kampus Pertama di Indonesia, Resmi Didirikan

Jejak Trauma Kolektif Korban Kekerasan Orde Baru dalam...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau

    Juni 12, 2025
  • Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang

    Juni 4, 2025
  • Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran HAM

    Juni 3, 2025
  • Mitos Terorisme Lingkungan

    Mei 25, 2025
  • Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan Mahasiswa

    Mei 24, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM