Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua...
Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam...
Kota Batik yang Tenggelam
Titah AW: Jurnalisme Bisa Jadi Kanal Pengetahuan Lokal
Membumikan Ilmu Bumi
Kuasa Kolonial Atas Pangan Lokal
Anis Farikhatin: Guru Kesehatan Reproduksi Butuh Dukungan, Bukan...
Tangan Tak Terlihat di Balik Gerakan Rakyat
Tantangan Konservasi dan Pelestarian Lingkungan dalam Diskusi Ekspedisi...
LBH Yogyakarta Ungkap Intimidasi Aparat Pasca-Aksi Agustus di...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KABARKILAS

Pluralisme dalam Konsep Kebangsaan Indonesia

Agustus 24, 2010

Pluralisme sangat penting bagi proses pembangunan karakter bangsa Indonesia.Pernyataan ini diutarakan oleh Pdt. Elga J. Sarapaung, Ketua Forum Dialog Antar Iman Yogyakarta. Dalam kesempatan diskusi bertajuk Non-violence Nationalism padaSenin (23/8) pagi, Elga juga menerangkan, agama-agama telah memberikan banyak sumbangan pada konsep kebangsaan. Namun ia menyayangkan keberagaman agama di Indonesia yang lebih sering dijadikan sumber konflik. “Pluralisme pun masih dianggap paham yang berbahaya oleh banyak kalangan,” ujarnya.

Dalam diskusi yang berlangsung dari pukul 09.00-12.00 di ruang Seminar Gedung Timur Fisipol ini, hadir pula Eric Hiarej, Phd., staf pengajar Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UGM, sebagai pembicara. Sepakat dengan Elga, Eric menyayangkan pembangunan konsep kebangsaan yang selama ini abai terhadap potensi dari dalam. “Nasionalisme lebih sering diungkapkan untuk menolak pihak asing,” katanya. Karena itu, nasionalisme selalu berhubungan dengan pihak asing yang dijadikan musuh bersama. “Dulu yang dijadikan musuh bersama adalah Belanda dan Jepang, sekarang mungkin Malaysia,” kata Eric sambil menyinggung kasus Tanjung Berakit yang terjadi pada 13 Agustus lalu.

Karena nasionalisme selalu berkaitan dengan penolakan terhadap yang lain, konsep kebangsaan pun cenderung dibangun dari luar. Menurut Elga, hal ini membuat nasionalisme Indonesia rapuh dari dalam. “Kerapuhan tersebut dapat dilihat dari pertikaian antar umat beragama yang kerap terjadi di negeri ini,” tandasnya.

Diskusi yang digelar oleh Forum Dialektika Institute of International Studies UGM ini berlangsung hangat. Para peserta diskusi pun antusias bertanya dan menanggapi pendapat para pembicara. Salah seorang peserta diskusi misalnya, berpendapat bahwa sejarah Indonesia banyak diwarnai kekerasan. Namun Eric menolak pendapat ini. “Sejarah kita tergantung pada bagaimana kita meyakininya,” katanya. [Azhar]

forum dialektikanationalismenon violencepluralismeugm
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua...

Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam...

Tantangan Konservasi dan Pelestarian Lingkungan dalam Diskusi Ekspedisi...

LBH Yogyakarta Ungkap Intimidasi Aparat Pasca-Aksi Agustus di...

Diskusi dan Perilisan Zine Maba Sangaji Basuara, Tilik...

Diskusi Buku dan Budaya, Soroti Peran Sastra Melawan...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua Bukan Tanah Kosong

    November 24, 2025
  • Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam Sikapi Diskriminasi

    November 24, 2025
  • Kota Batik yang Tenggelam

    November 21, 2025
  • Titah AW: Jurnalisme Bisa Jadi Kanal Pengetahuan Lokal

    November 21, 2025
  • Membumikan Ilmu Bumi

    November 21, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM