Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau
Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang
Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran...
Mitos Terorisme Lingkungan
Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan...
Kapan KKN Harus Dihapus?
Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah
Gerakan Hijau Tersandera Meja Hijau
Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...
Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KABARPRODUK

Teater “terlambat.”, Suguhan Seni di Fakultas Psikologi

Februari 23, 2013
© M. Rangga Efrizal

© M. Rangga Efrizal

Memasuki Ruang G-400 Fakultas Psikologi UGM suasana terasa berbeda. Ruangan gelap tanpa ada satupun lampu yang menyala. Selain itu, terdengar suara seruling yang mendayu-dayu. Tikar digelar sebagai alas duduk penonton acara teater “terlambat.” Kamis (21/2) itu. Pemilihan judul ini disesuaikan dengan cerita yang ditampilkan. Berkisah tentang seorang gadis bernama Rayya yang tidak berani mengungkapkan perasaanya kepada Bara. Hingga Bara menikah dengan adiknya sendiri dan Rayya depresi. Tidak ada yang bisa diubah lagi karena semua sudah terlanjur terlambat.

Teater “terlambat.” ini adalah acara puncak Studi Pentas KRST (Keluarga Rapat Sebuah Teater) 2013. Selain itu, ada penampilan monolog, ringkasan pentas besar KRST, dan musikalisasi puisi yang disuguhkan sebagai pembuka pertunjukan teater “terlambat.”. Diadakan pula pameran foto dan seni lukis serta acara seni sebagai pre-event ­sehari sebelumnya.

Studi Pentas KRST diadakan untuk melanjutkan acara diklat KRST yang rutin diadakan setiap tahunnya. “Acara ini diadakan sebagai follow up diklat KRST, dan tahun ini temanya cinta,” ujar Monica Indriyani, Psikolog ’12 selaku ketua panitia. Selain itu, Monica juga menambahkan bahwa mereka sudah memaksimalkan diri selama proses kreatif berlangsung. “Kami sudah mulai latihan sejak november akhir,” katanya.

Silviani, Psikologi ’12 yang berperan sebagai sutradara mengaku bahwa ini adalah pengalaman pertamanya. Menurutnya, proses kreatif sampai acara teater ini dilangsungkan cukup menguras tenaga dan waktu. “Karena masih belajar jadi ya cukup melelahkan, tapi untungnyacrew dibantu angkatan 2011 juga,” ujar Silviani. Selain itu, Ia juga menambahkan bahwa acara ini adalah ajang untuk mengakrabkan diri. “Kami berproses bersama dan ini adalah permulaan bagi kami untuk membuat karya-karya lain selanjutnya nanti,” kata Silviani.

Acara yang publikasinya mencakup wilayah UGM dan sekitarnya ini tidak terlalu mendapat antusiasme penonton. Hanya tiga baris bagian depan panggung yang terisi oleh penonton. Selain itu, di tengah pertunjukan terjadi konsleting pada pencahayaan panggung bagian kanan. Hal ini menyebabkan acara terhenti sebentar, tetapi tidak mengurangi apresiasi penonton terhadap acara ini. Salah satu penonton mengatakan bahwa yang paling menyita perhatian adalah monolog yang di tampilkan sebagai pembuka. “Bagus teaternya tapi monolognya lebih bagus, tapi ya sayang aja tadi ada konslet.  Tapi kalau bisa sering-sering diadain. Biar seni di Psikologi hidup,” ujar Fuad Dewa Ramdhani, Sastra Indonesia ’11.

Acara yang dimulai pukul 19.30 ini berakhir sekitar pukul 22.00. Walaupun ada kejadian penghambat seperti konsleting, para pemain tetap merasa puas. “Apapun hasil akhir pertunjukan ini saya tetap bersyukur, soalnya kan kami masih belajar. Sudah bisa pentas dan selesai ini aja udah puas,” ujar Dias Rahmayanti Hartono, Psikologi ’12 sekaligus pemain “terlambat.”.

Senada dengan pendapat Fuad, Retno Rahmayanti Hartono, Psikologi ’11, mengatakan bahwa acara ini cukup bagus. “Pentasnya bagus kok tapi musikalisasi puisinya tadi kurang jelas. Semoga tahun depan lebih bagus lagi,” pungkas Retno. [Suci Wulandari] 

krstpsikologiteater terlambat
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Peringatan Hari Perempuan Sedunia 2022 Tuntut Bebaskan Perempuan...

Tuntut Audiensi dan Pencabutan IPL, Aksi untuk Wadas...

Penyintas Kekerasan Tuntut Keadilan Lewat Karya Tulis

Di Balik Kampanye Antitembakau, Industri Farmasi Monopoli Nikotin

Pelarangan Senjata Nuklir Kian Mendesak di Tengah Konflik...

Survei LSI: Masyarakat dan Partai Politik Kompak Menolak...

1 komentar

gaul April 27, 2014 - 20:47

(Y)

Reply

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau

    Juni 12, 2025
  • Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang

    Juni 4, 2025
  • Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran HAM

    Juni 3, 2025
  • Mitos Terorisme Lingkungan

    Mei 25, 2025
  • Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan Mahasiswa

    Mei 24, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM