Memasuki Ruang G-400 Fakultas Psikologi UGM suasana terasa berbeda. Ruangan gelap tanpa ada satupun lampu yang menyala. Selain itu, terdengar suara seruling yang mendayu-dayu. Tikar digelar sebagai alas duduk penonton acara teater “terlambat.” Kamis (21/2) itu. Pemilihan judul ini disesuaikan dengan cerita yang ditampilkan. Berkisah tentang seorang gadis bernama Rayya yang tidak berani mengungkapkan perasaanya kepada Bara. Hingga Bara menikah dengan adiknya sendiri dan Rayya depresi. Tidak ada yang bisa diubah lagi karena semua sudah terlanjur terlambat.
Teater “terlambat.” ini adalah acara puncak Studi Pentas KRST (Keluarga Rapat Sebuah Teater) 2013. Selain itu, ada penampilan monolog, ringkasan pentas besar KRST, dan musikalisasi puisi yang disuguhkan sebagai pembuka pertunjukan teater “terlambat.”. Diadakan pula pameran foto dan seni lukis serta acara seni sebagai pre-event sehari sebelumnya.
Studi Pentas KRST diadakan untuk melanjutkan acara diklat KRST yang rutin diadakan setiap tahunnya. “Acara ini diadakan sebagai follow up diklat KRST, dan tahun ini temanya cinta,” ujar Monica Indriyani, Psikolog ’12 selaku ketua panitia. Selain itu, Monica juga menambahkan bahwa mereka sudah memaksimalkan diri selama proses kreatif berlangsung. “Kami sudah mulai latihan sejak november akhir,” katanya.
Silviani, Psikologi ’12 yang berperan sebagai sutradara mengaku bahwa ini adalah pengalaman pertamanya. Menurutnya, proses kreatif sampai acara teater ini dilangsungkan cukup menguras tenaga dan waktu. “Karena masih belajar jadi ya cukup melelahkan, tapi untungnyacrew dibantu angkatan 2011 juga,” ujar Silviani. Selain itu, Ia juga menambahkan bahwa acara ini adalah ajang untuk mengakrabkan diri. “Kami berproses bersama dan ini adalah permulaan bagi kami untuk membuat karya-karya lain selanjutnya nanti,” kata Silviani.
Acara yang publikasinya mencakup wilayah UGM dan sekitarnya ini tidak terlalu mendapat antusiasme penonton. Hanya tiga baris bagian depan panggung yang terisi oleh penonton. Selain itu, di tengah pertunjukan terjadi konsleting pada pencahayaan panggung bagian kanan. Hal ini menyebabkan acara terhenti sebentar, tetapi tidak mengurangi apresiasi penonton terhadap acara ini. Salah satu penonton mengatakan bahwa yang paling menyita perhatian adalah monolog yang di tampilkan sebagai pembuka. “Bagus teaternya tapi monolognya lebih bagus, tapi ya sayang aja tadi ada konslet. Tapi kalau bisa sering-sering diadain. Biar seni di Psikologi hidup,” ujar Fuad Dewa Ramdhani, Sastra Indonesia ’11.
Acara yang dimulai pukul 19.30 ini berakhir sekitar pukul 22.00. Walaupun ada kejadian penghambat seperti konsleting, para pemain tetap merasa puas. “Apapun hasil akhir pertunjukan ini saya tetap bersyukur, soalnya kan kami masih belajar. Sudah bisa pentas dan selesai ini aja udah puas,” ujar Dias Rahmayanti Hartono, Psikologi ’12 sekaligus pemain “terlambat.”.
Senada dengan pendapat Fuad, Retno Rahmayanti Hartono, Psikologi ’11, mengatakan bahwa acara ini cukup bagus. “Pentasnya bagus kok tapi musikalisasi puisinya tadi kurang jelas. Semoga tahun depan lebih bagus lagi,” pungkas Retno. [Suci Wulandari]
1 komentar
(Y)