Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau
Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang
Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran...
Mitos Terorisme Lingkungan
Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan...
Kapan KKN Harus Dihapus?
Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah
Gerakan Hijau Tersandera Meja Hijau
Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...
Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
ANALEKTABINGKAI

Harapan Mengudara dan Estetika Dangkal

Juni 14, 2015
Waisak (9)

©Dwiki.bal

Waisak (1)

©Dwiki.bal

Waisak (4)

©Dwiki.bal

Waisak (6)

©Dwiki.bal

Waisak (8)

©Dwiki.bal

 

 

 

Terbangkan lentera penuh asa, lampion-lampion di atas langit gelap menjadi pemandangan yang paling menarik atensi saat itu. Selasa (2/6), adalah Waisak, puncak perayaan bagi seluruh umat Buddha di dunia. Suasana khi’mat nan khusyuk lebur menjadi satu konsepsi magis yang bisa menghinoptis siapa saja untuk kagum saat menyaksikan prosesi itu di Candi Borobudur, Magelang. Siapa saja boleh menerbangkan simbolis doa-doa nya, baik umat Buddha, maupun Atheis sekalipun.

Tak sedikit orang yang datang, rela berdesak-desakan hilir mudik demi mendapatkan spot terbaik untuk sekedar menonton ataupun memotret prosesi sakral itu. Bodohnya, tak sedikit juga yang menembakkan flash nya kesana kemari seakan menganggap Waisak layaknya tontonan komersil umum. Menembakkan cahaya putih memekakan penglihatan ke mata secara semena-mena. Biarpun seorang non-buddhist, hal tadi mungkin akan mengganggu perasaan setiap orang. Pembenarannya menggunakan logika yang sama, Waisak adalah sebuah prosesi ritual ibadah, demikian juga milik kita yang pasti berbeda-beda juga namanya. Mungkin, Anda seorang muslim yang sedang menunaikan sholat ied, atau bisa jadi seorang katolik yang sedang berada dalam bilik pengakuan dosa, lalu ada orang tak dikenal memotret anda dengan flash nya. Boleh jadi, umpatan rasa kesal Anda terhadap orang tadi menjadi satu-satunya simbolis ritual ibadah anda. Benarkan saya jika salah, atau benarkan perilaku Anda jika Anda ‘sudah’ merasa salah, sepakat?

Foto dan teks: Dwiki Rahmad Aprinaldi

borobudurPerayaan Waisak
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir

Rintih Dara

Antara Stigma dan Setara

Tak Kasat Makna

Anggaran Tersedot Misterius (ATM)

Berebut Gunungkidul

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau

    Juni 12, 2025
  • Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang

    Juni 4, 2025
  • Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran HAM

    Juni 3, 2025
  • Mitos Terorisme Lingkungan

    Mei 25, 2025
  • Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan Mahasiswa

    Mei 24, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM