Di bawah terik matahari siang, massa aksi Jogja Memanggil: Maklumat Rakyat memenuhi Bundaran UGM, Senin (1/9). Aksi damai yang dihadiri berbagai elemen masyarakat ini menyerukan 18 poin tuntutan. Bagi massa, aksi ini tak sekadar menyampaikan aspirasi, tetapi juga menunjukkan bahwa solidaritas sesama warga itu nyata di tengah ruang publik. “Kami hadir ngasih psychological impact sebagai ibu,” ungkap Gerna, salah satu Relawan Ibu Berisik.
Salah satu partisipan dalam aksi demonstrasi, yakni komunitas relawan Ibu Berisik yang turut membentangkan berbagai atribut demo. Ibu Berisik memasuki area aksi sambil membentangkan spanduk bertuliskan “Doa Ibu Jadi Restu” dan “Jangan Telat Makan, Ya!”. Mayoritas anggotanya adalah ibu rumah tangga yang menyediakan makanan dan minuman gratis bagi massa aksi. Tidak jauh dari pusat kerumunan, mereka mendirikan posko logistik dan medis. “Ada nasi cokot, yang laper makan dulu,” teriak Gerna.
Di kerumunan yang lain, terlihat pula beberapa relawan berseragam hijau dengan rompi hitam dan handy talky yang tergenggam. Mereka adalah bagian dari LRB-MDMC (Lembaga Resiliensi Bencana-Muhammadiyah Disaster Management Center). Mereka mengerahkan 50 anggota terjun ke lapangan untuk menyediakan bantuan medis bagi massa aksi. “Kami memastikan kondisi untuk dilaporkan ke BPBD [Badan Penanggulangan Bencana Daerah-red], juga menyiapkan tim medis di beberapa titik,” ujar Andika, salah satu relawan MDMC.
Lebih lanjut, ada pula Tim Anti Kekerasan Seksual yang berfokus mencegah potensi kekerasan seksual di lapangan. Relawan tersebut berasal dari Samsara dan Rifka Annisa Woman’s Crisis Center, dan masyarakat umum. “Ini belajar dari aksi-aksi sebelumnya di mana muncul aduan pelecehan secara verbal atau fisik,” tegas Ika, salah seorang anggota dari Samsara.
Di samping 18 tuntutan utama, para relawan juga membawa isu spesifik sesuai peran mereka. Ibu Berisik lebih menekankan untuk menghapus program Makan Bergizi Gratis (MBG) karena dinilai mengkhawatirkan akibat banyaknya kasus keracunan dalam realisasi MBG saat ini. Gerna khawatir, jika MBG itu diterima oleh anaknya malah akan membahayakan kesehatan dan kenyataannya malah memiskinkan masyarakat. “Jadi anaknya dapat makan siang gratis dan yang sebenernya nggak bergizi dan nggak gratis, kita musti bayar pake pajak kita,” imbuh Gerna.
Sementara itu, Ika menekankan pentingnya untuk melakukan reformasi POLRI dan pemangkasan anggaran tunjangan DPR. Dalam pandangannya, reformasi POLRI memiliki kaitan erat dengan penanganan kasus kekerasan seksual yang kerap kali korban malah dikriminalisasi. Selain itu, Ika juga mengungkapkan kemarahannya terhadap alokasi anggaran untuk tunjangan anggota DPR yang dampak kinerjanya masih kabur bagi masyarakat. Ika menambahkan, “padahal banyak sekali yang harus diutamakan, [misalnya-red] anggaran penanganan kekerasan yang selama ini tidak banyak muncul karena ketidakpercayaan publik [akibat dana yang kurang-red].”
Aksi damai ini mendapatkan respon positif dari para relawan yang hadir. Apresiasi penuh diberikan oleh Ika terhadap aksi damai. Sebagai bagian dari masyarakat, ia sangat bangga dengan respon warga Yogyakarta dalam menyikapi permasalahan sekaligus sangat menyayangkan tindakan aparat dalam mengamankan demonstrasi pada aksi di Polda sebelumnya. Andika menyatakan aksi ini sebagai langkah positif untuk masyarakat dapat menyuarakan keresahannya terdapat situasi saat ini. “Harapannya, yang disampaikan masyarakat dapat didengar pemerintah dan menjadi bahan evaluasi untuk kebijakan-kebijakan di masa yang akan datang,” imbuhnya.
Sepanjang berjalannya aksi, keberadaan relawan tak luput dari perhatian massa aksi. Dio, salah satu massa, mengungkapkan bantuan fisik yang diberikan oleh relawan sangat membantu berjalannya aksi. Baginya, bantuan tersebut tidak hanya sebatas barang tetapi juga mengandung dukungan emosional yang menguatkan solidaritas massa aksi. Dio menekankan bahwa dukungan dari para relawan memberikan perasaan positif sekaligus semangat untuk terus berjuang. “Atau kaya akhirnya kita tahu apa yang kita perjuangin ya orang-orang kaya mereka gitu sih,” ucap Dio.
Kepedihan atas jatuhnya korban dalam aksi sebelumnya juga masih membekas. Bagi Dio, insiden tersebut meninggalkan kesedihan yang berlapis. Hal ini meliputi kesedihannya atas kehilangan nyawa sekaligus penanganan yang tidak bisa diandalkan. Keprihatinan juga diutarakan oleh Ika akibat proses pengamanan aparat yang tidak terarah, sehingga nyawa seorang harus terenggut. Hal senada disampaikan Andika yang berharap keadilan ditegakkan dan tragedi serupa tidak terulang. “Karena balik lagi bahwasanya temen-temen punya hak yang sama untuk melanjutkan hidup,” tambah Andika.
Penulis: Falinkha Varally dan Muhammad Muflihun
Penyunting: Galih Akhdi Winata