Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua...
Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam...
Kota Batik yang Tenggelam
Titah AW: Jurnalisme Bisa Jadi Kanal Pengetahuan Lokal
Membumikan Ilmu Bumi
Kuasa Kolonial Atas Pangan Lokal
Anis Farikhatin: Guru Kesehatan Reproduksi Butuh Dukungan, Bukan...
Tangan Tak Terlihat di Balik Gerakan Rakyat
Tantangan Konservasi dan Pelestarian Lingkungan dalam Diskusi Ekspedisi...
LBH Yogyakarta Ungkap Intimidasi Aparat Pasca-Aksi Agustus di...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
KILAS

Pendidikan Inklusif Mengakomodasi Ragam Keunikan dan Kebutuhan Siswa

November 8, 2023

©Rezi/Bal

Himpunan Mahasiswa Program Studi Fisika Universitas Sanata Dharma menggelar webinar berjudul “Pendidikan Inklusif untuk Meretas Batas-Batas Keterbatasan”. Webinar tersebut dilaksanakan pada Sabtu (04-11) secara daring. Pemaparan materi diskusi disampaikan oleh dua narasumber, yakni Iva Nandya Atika selaku dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga serta Nunik Sri Ritasari selaku guru SMA Negeri 8 Yogyakarta. Diskusi tersebut bertujuan untuk membedah implementasi sistem pembelajaran yang diterapkan pada sistem pendidikan inklusif yang dapat mengakomodasi seluruh perbedaan dan keunikan peserta didik yang beragam.

Iva memulai diskusi dengan memaparkan gambar ilustrasi lima orang anak dengan simbol gambar yang merepresentasikan minat dan kebutuhan mereka masing-masing dalam proses belajar. Ia mengatakan bahwa penggambaran ini merupakan bentuk keunikan dari siswa yang ada di sekolah. Kemudian, Iva menegaskan untuk perlu memahami dulu bahwa kebutuhan proses pembelajaran bagi semua siswa itu tidak sama. Bagi Iva, setiap siswa memiliki ukuran dan porsinya masing-masing yang harus bisa diakomodasi sistem pendidikan dan pengajaran. ”Ini yang mendasari adanya pendidikan inklusif yang mengakomodasi perbedaan dan keunikan masing-masing siswa,” ujarnya.

Menurut Iva, pendidikan inklusif adalah sistem pendidikan yang membuat seluruh siswa dapat belajar di kelas yang sama dan di lingkungan sekolah yang sama. Hal tersebut terlepas dari beragam keunikan dan kebutuhan masing-masing siswa. Ia mengatakan, sebelumnya dalam sistem pendidikan di Indonesia terdapat Sekolah Luar Biasa yang mengakomodasi kebutuhan belajar siswa berkebutuhan khusus. Namun padasaat ini, sekolah-sekolah reguler sudah bisa menerima dan mengakomodasi semua siswa, termasuk siswa dengan kebutuhan khusus. Iva mengatakan, “Adanya pendidikan inklusif semacam ini tentu akan menghadirkan tantangan dalam proses pengajaran.”

Untuk menjawab tantangan itu, menurut Iva, terdapat strategi pembelajaran yang bisa dipakai untuk menyesuaikan setiap kebutuhan pembelajaran dengan siswa yang beragam. Ia mencontohkannya dengan metode pembelajaran kontekstual, yaitu metode pembelajaran yang memuat konteks yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, Iva menambahkan bahwa terdapat juga kegiatan praktek laboratorium, simulasi interaktif, dan diskusi kelompok. “Harapannya melalui berbagai strategi pembelajaran ini, seluruh siswa mendapatkan pengalaman belajar yang sama,” ujar Iva.

Iva melanjutkan, penggunaan teknologi juga digunakan untuk membantu siswa yang memiliki kebutuhan khusus guna menunjang proses belajar dan berkegiatan sehari-hari. Contohnya seperti alat bantu dengar untuk siswa tunarungu, tongkat visual yang membantu siswa tunanetra, dan kursi roda untuk siswa tunadaksai. Iva juga menyebutkan, ada beberapa barang yang dimodifikasi untuk menyesuaikan dengan siswa berkebutuhan khusus. Misalnya, alat ukur seperti neraca, penggaris, mikrometer sekrup, dan termometer yang dilengkapi sistem audio untuk membantu mendengarkan hasil ukuran. “Yang jelas, penerapan teknologi ini harus berprinsip atas teknologi yang murah, mudah didapatkan dan digunakan,” tambah Iva.

Lebih jauh, Nunik menjelaskan mengenai empat falsafah dari pendidikan inklusif. Pertama, pendidikan untuk semua, yang berarti bahwa setiap anak berhak mengakses pendidikan yang layak. Kedua, pendidikan inklusif seharusnya mendorong siswa untuk dapat hidup bersama dan bersoasialisasi. Ketiga, setiap anak berhak menyatu dalam lingkungan yang harmonis. Keempat, penerimaan terhadap perbedaan dan antidiskriminasi dalam pendidikan. “Jadi, walaupun berkebutuhan khusus, tetap tidak boleh dianggap berbeda dengan siswa lainnya,” jelas Nunik.

Nunik juga menjelaskan mengenai perjalanan SMAN 8 Yogyakarta yang menerima siswa berkebutuhan khusus sejak 2003. Dalam pelaksanaannya, ia menilai bahwa penerapan kurikulum di sekolahnya menggunakan prinsip yang luwes dan disesuaikan dengan kebutuhan setiap siswa. Alhasil, kondisi tersebut mampu diadaptasikan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan masing-masing peserta didik. Selain itu, Nunik menyebutkan, “Setelah dinyatakan diterima di SMAN 8 Yogyakarta, sekolah kami membuka kelas khusus yang namanya kelas keberbakatan.”

Penulis: Nabeel Fayyaz dan Resha Allen (Magang)
Penyunting: Gayuh Hana Waskito
Ilustrator: M. Rafi Pahrezi

0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua...

Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam...

Tantangan Konservasi dan Pelestarian Lingkungan dalam Diskusi Ekspedisi...

LBH Yogyakarta Ungkap Intimidasi Aparat Pasca-Aksi Agustus di...

Diskusi dan Perilisan Zine Maba Sangaji Basuara, Tilik...

Diskusi Buku dan Budaya, Soroti Peran Sastra Melawan...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Tilik Relasi Kolonial di Papua dalam Diskusi Papua Bukan Tanah Kosong

    November 24, 2025
  • Diskusi Pendidikan dan Demokrasi, Ungkap Gagalnya Pendidikan dalam Sikapi Diskriminasi

    November 24, 2025
  • Kota Batik yang Tenggelam

    November 21, 2025
  • Titah AW: Jurnalisme Bisa Jadi Kanal Pengetahuan Lokal

    November 21, 2025
  • Membumikan Ilmu Bumi

    November 21, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM