Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau
Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang
Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran...
Mitos Terorisme Lingkungan
Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan...
Kapan KKN Harus Dihapus?
Aksi Hari Buruh Soroti Ketimpangan atas Ketidakpedulian Pemerintah
Gerakan Hijau Tersandera Meja Hijau
Naskah Nusantara seperti Cerita Panji Ungkap Keberagaman Gender...
Masyarakat Pesisir Tuban Kian Terpinggir

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
FILMKABAR

Kesempurnaan ala Istri-Istri Stepford

April 11, 2011
©istimewa

©istimewa

Sutradara    : Frank Oz
Skenario      : Paul Rudnick
Pemain         : Nicole Kidman, Matthew Broderick, Bette Midler

Sejarawan biasanya membagi sejarah gerakan feminisme menjadi tiga gelombang. Feminisme gelombang pertama menaruh perhatian pada masalah kesetaraan yang bersangkut-paut dengan hukum, seperti hak pilih, pendidikan, kepemilikan, dan semacamnya. Sementara gelombang kedua mengalamatkan kritik terhadap rentang yang lebih luas lagi, ketidaksetaraan yang nyata dialami dalam kehidupan sehari-hari. Mereka mempertanyakan peran perempuan dalam keluarga, masyarakat, dan di tempat kerja. Singkatnya, mereka menyatakan ketidaksetujuan terhadap peran perempuan dalam kehidupan. Pesan inilah yang terkandung dalam FilmStepford Wives.

Dalam film tersebut, Joanna Eberhart (Nicole Kidman) digambarkan sebagai eksekutif produser sebuah program televisi yang kerap menayangkan kemenangan wanita dalam berkompetisi dengan pria. Namun, kesuksesannya kandas lantaran acara yang ia rancang menyebabkan seorang pria menembak istrinya. Bersama suaminya, Walter Kresby (Matthew Broderick), Joanna yang telah kehilangan pekerjaan pindah ke kota Stepford, daerah suburban Connecticut yang tenang. Di balik ketenangan tersebut, Joanna mencium kejanggalan wanita di sana.

Joanna merasa bahwa wanita Stepford terlalu “sempurna”. Mereka tangkas membersihkan rumah serta membuat kue dan juga sangat peduli serta patuh terhadap penilaian suami. Bahkan, mereka siap berhubungan seksual kapan pun suami menginginkannya, pada siang hari sekalipun—seperti yang ditunjukkan dalam salah satu adegan film tersebut. Anehnya, layaknya boneka barbie, mereka tetap tersenyum bahagia menjalani kehidupan seperti itu. Film ini menggambarkan bagaimana Joanna yang sebelumnya memiliki kedudukan yang setara dengan suaminya berusaha diubah menjadi istri Stepford lainnya.

Mereka seolah produksi robotik dari keinginan pria. Mereka tidak dapat mengekspresikan perhatian dan cintanya, tetapi hanya menjadi objek pemuas hasrat. Dalam salah satu adegan, Joanna bertamu ke rumah Bobby yang telah menjadi sedemikian robotik. Bobby tidak menaruh perhatian terhadap kedatangan Joanna. Bobby seolah-olah tidak peduli terhadap segala jenis hubungan, kecuali membersihkan rumah dan memuaskan suaminya.

Film ini sebenarnya merupakan versi baru dari Stepford Wives besutan Sutradara Bryan Forbes yang diputar pada tahun 1970-an. Apabila film yang lama bergenre thriller, kini Frank Oz mencoba menampilkan kembali Stepford Wives dengan nuansa komedi. Hasilnya tidak sesukses pendahulunya, Stepford Wives banyak dinilai kritikus sebagai film komedi yang hambar. Ketegangan yang berusaha dihadirkan pun akhirnya terkesan setengah-setengah.

Salah satu kekurangannya adalah adegan kunci yang terdapat dalam karya yang lama tidak ditampilkan. Adegan itu dimulai ketika Joanna bertamu ke rumah Bobby, wanita yang telah berubah menjadi istri yang mahir melakukan pekerjaan domestik. Ketika Joanna menanyakan anak-anaknya, Bobby bersikeras mengatakan bahwa anak-anaknya sedang bermain ke rumah temannya agar ia dapat melakukan pekerjaan rumah tangga.

Adegan ini merepresentasikan feminisme gelombang ketiga yang menyadari, bagaimanapun wanita memiliki sifat dasar keibuan dan senang mengasuh. Dalam adegan tersebut, Joanna menginginkan anaknya, sementara Bobby hanya fokus pada pekerjaan domestik. Wanita ideal yang digambarkan dalam film ini bukan mereka yang hanya fokus pada pekerjaan dan mengejar kesuksesan karir, melainkan wanita yang juga peduli terhadap keluarga serta anak-anaknya. Maka, terdapat adegan Joanna berkompromi dengan suaminya. Ia rela membersihkan rumah dan membuat kue sementara dalam waktu yang sama tidak setuju dengan perilaku para istri di Stepford.

Secara umum, film ini menyajikan kritik tajam terhadap penindasan perempuan dalam masyarakat patriarki, terutama perannya dalam urusan rumah tangga. Namun, lebih jauh lagi, kritik tidak luput juga dialamatkan kepada wanita yang telah kehilangan sifat keibuan dan keperempuanannya lantaran urusan karir pekerjaan. Seorang wanita hendaknya dapat menjaga harmoni antara pekerjaan dan kehidupan keluarga, tidak harus “sempurna” di salah satunya. Seperti yang diceritakan di akhir film, dalam wawancara mengenai film dokumenter terbarunya, Joanna tidak lupa membawa suami serta anak-anaknya. “Aku dan Walter baik-baik saja, karena sekarang kami yakin bahwa itu bukan masalah kesempurnaan. Sempurna tidak berhasil,” ujarnya. [Shandy]

feminismenicole kidmanstepford wives
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

PTSD dan Kerusakan Lingkungan, Buntut Pascaperang yang Tak...

Peringatan Hari Perempuan Sedunia 2022 Tuntut Bebaskan Perempuan...

Tuntut Audiensi dan Pencabutan IPL, Aksi untuk Wadas...

Penyintas Kekerasan Tuntut Keadilan Lewat Karya Tulis

Di Balik Kampanye Antitembakau, Industri Farmasi Monopoli Nikotin

Pelarangan Senjata Nuklir Kian Mendesak di Tengah Konflik...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Kekacauan di Balik Bahan Bakar Hijau

    Juni 12, 2025
  • Mitos Cah Gelanggang dan Spirit Gelanggang

    Juni 4, 2025
  • Penulisan Ulang Sejarah, Upaya Pemerintah Melupakan Korban Pelanggaran HAM

    Juni 3, 2025
  • Mitos Terorisme Lingkungan

    Mei 25, 2025
  • Aksi Okupasi UGM Soroti Masalah Penyempitan Ruang Kegiatan Mahasiswa

    Mei 24, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM