Balairungpress
  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
Newest post
Tangan Tak Terlihat di Balik Gerakan Rakyat
Tantangan Konservasi dan Pelestarian Lingkungan dalam Diskusi Ekspedisi...
LBH Yogyakarta Ungkap Intimidasi Aparat Pasca-Aksi Agustus di...
Diskusi dan Perilisan Zine Maba Sangaji Basuara, Tilik...
Diskusi Buku dan Budaya, Soroti Peran Sastra Melawan...
Diskusi Di Balik Bendera Persatuan Ungkap Gerakan Antikolonial...
Mata Kekuasaan Mengintaimu
Wisnu Prasetya Utomo: Tantangan Pers Mahasiswa di Persimpangan...
Episode-Episode Perjalanan: Episode 2 dan Episode…
Monika Eviandaru: Reorientasi Pers Mahasiswa Dalam Neoliberalisasi Perguruan...

Balairungpress

  • REDAKSI
    • KILAS
    • ALMAMATER
    • LAPORAN UTAMA
    • APRESIASI
    • INSAN WAWASAN
  • NALAR
    • WAWASAN
    • KAJIAN
  • REHAT
    • ARSIP
    • BUKU
    • FILM
    • OPINI
    • SASTRA
  • BINGKAI
    • ANALEKTA
    • INFOGRAFIS
    • KOMIK
    • PERISTIWA
    • SKETSA
  • PIPMI
    • Direktori
    • Suplemen
    • PUBLIKASI
  • ENEN
  • IDID
ALMAMATER

Pancasila Perlahan-lahan ‘Dihilangkan’

Januari 21, 2011

Mahasiswa sekarang banyak yang heran ketika masih harus mengambil mata kuliah Pancasila di bangku perkuliahan. Sila Pancasila satu persatu dipereteli.

“Dari SD sampai kuliah, masih aja ada Pancasila,” ungkap Djoko Pitoyo, peneliti Pusat Studi Pancasila (PSP) UGM yang juga dosen Pancasila, menirukan mahasiswanya mengeluhkan kuliah Pancasila. Hal itu diungkapkan dalam Diskusi Kebangsaan bertajuk Impian Pemuda Indonesia, Jumat (21/01) siang di ruangan baru PSP Bhinneka Tunggal Ika. Djoko menambahkan, banyak permasalahan mendasar kebangsaan yang menjadi tantangan pemuda, seperti menjauhnya nilai-nilai Pancasila dari kehidupan pemuda itu sendiri.

Selain Djoko Pitoyo, diskusi yang diselenggarakan oleh PSP bekerja sama dengan Paguyupan Kebangsaan Jakarta juga menghadirkan Drs. Pitoyo, M. A. dari Paguyupan Kebangsaan Jakarta, perwakilan BEM KM UGM, dan Bintar Lulus Pradipta dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) sebagai pemantik. Senada dengan Djoko, Drs. Pitoyo menambahkan, sila-sila Pancasila memang sedang dipereteli satu persatu. “Dari sila keempat, permusyawaratan, lalu sila ketiga semangat persatuan,” ungkap Drs. Pitoyo.

Semangat permusyawaratan digerus oleh demokrasi liberal  a la Barat (pemilihan langsung) yang menghasilkan politik uang di berbagai level pemilihan pemimpin. Sementara semangat persatuan dilibas oleh kepentingan yang cenderung bersifat individual.

Bintar mengungkapkan, impian pemuda sekarang juga lebih mengedepankan individualistik. “Mengalahkan impian persatuan-kebangsaan,” katanya. Menyanggah pandangan perwakilan BEM KM yang menilai impian pemuda Indonesia tidak konkret sebagaimana impian negara-negara maju yang berorientasi industrialisasi, Bintar mengungkapkan bahwa sejatinya impian Indonesia itu konkret, yakni sila kelima Pancasila: semangat keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sayangnya, sebagaimana diungkapkan Drs. Pitoyo, impian tersebut lantas kabur setelah sila keempat dan ketiga Pancasila diingkari.

Secara tidak langsung, peserta diskusi Elias dari Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Yogyakarta mengungkapkan bahwa semangat persatuan masih terhalang oleh kepentingan identitas kedaerahaan yang mengalahkan semangat intelektualitas. “Mari kita tanggalkan identitas Ambon, Irian, Jawa dalam membangun impian kebangsaan,” tuturnya.

Terlepas dari itu semua, meskipun terinterupsi oleh gemuruh petir dibarengi guyuran hujan deras, ruang Bhinneka Tunggal Ika yang berukuran kira-kira 4×8 meter dipenuhi oleh puluhan peserta pemuda lintas generasi dari berbagai organisasi, seperti Paguyupan Kebangsaan Jakarta, Resimen Mahasiswa, Keluarga Mahasiswa Buddhis, Senat Mahasiswa Stipper AMPTA, GMKI, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Forum Pemuda Nusantara, Asrama Mahasiswa Sulawesi Selatan, dan Pemuda Pelopor Yogyakarta. Membeludaknya peserta diskusi terbatas ini mengyisyaratkan bahwa pemuda Indonesia masih bersemangat untuk membangun mimpi bersama di tengah derasnya arus glolabisasi. [Udin]

diskusiGMNIpancasilapemudaPSPugm
0
Facebook Twitter Google + Pinterest

Artikel Lainnya

Kicau Riuh Kampus Hijau UGM

SSPU Tetap Jalan, Aksi Tolak Uang Pangkal Hasilkan...

Habis SSPI, Terbitlah SSPU dalam Dialog Panas Mahasiswa...

Bebani Mahasiswa dengan Biaya Mahal, UGM Bersembunyi di...

Penerapan Uang Pangkal, Neoliberalisasi Berkedok Solusi

Pedagang Kaki Lima Stasiun Wates Digusur Tanpa Dasar...

Berikan Komentar Batal Membalas

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pos Terbaru

  • Tangan Tak Terlihat di Balik Gerakan Rakyat

    November 13, 2025
  • Tantangan Konservasi dan Pelestarian Lingkungan dalam Diskusi Ekspedisi Arah

    November 12, 2025
  • LBH Yogyakarta Ungkap Intimidasi Aparat Pasca-Aksi Agustus di Surakarta

    November 10, 2025
  • Diskusi dan Perilisan Zine Maba Sangaji Basuara, Tilik Perlawanan Warga Maba Sangaji

    November 4, 2025
  • Diskusi Buku dan Budaya, Soroti Peran Sastra Melawan Dehumanisasi

    November 2, 2025

Jurnal Balairung Vol. 2 No. 2 (2020)

Infografis

Moral Tanpa Tuhan

Sampah Kota Ditopang Swadaya Warga

Berebut Gunungkidul

Yu Par, Legenda Kantin bonbin

Menyambut Coming Out Age dengan Berubah Menjadi Panda

Hubungi Kami

Facebook Twitter Instagram Pinterest

Ads

Footer Logo
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • AWAK
  • KONTAK
  • KONTRIBUSI

©2022 BPPM BALAIRUNG UGM