
©Fajar/BAL
Pada hari Sabtu (15/10), kami bertemu dengan laki-laki bertubuh tinggi di salah satu tempat nongkrong Yogyakarta. Ia adalah Yonatan Yolius Anggara, seorang mahasiswa Pendidikan Geografi dari Universitas Negeri Yogyakarta.
Dalam kesehariannya, Yonatan aktif di berbagai kegiatan sosial. Ia juga mengikuti berbagai perlombaan. Saat ini, ia juga sedang menjalankan usaha untuk mengatasi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah asalnya, Ponorogo.
Di Desa Krebet, Jambon, Ponorogo, terdapat banyak pengidap down syndrome, sehingga daerah tersebut dikenal sebagai kampung Kampung Idiot. “Penyakit itu mungkin terjadi karena mereka kekurangan yodium. Bahkan ada yang berpendapat bahwa down syndrome di Desa Krebet terjadi karena perkawinan sedarah. Tapi saya tidak tahu kepastian penyebabnya,” kata Yonatan.
Meskipun dikenal sebagai Kampung Idiot, tidak semua warga di Desa Krebet mengidap penyakit tersebut. Di sana terdapat satu keluarga yang seluruh anggotanya mengidap down syndrome, tetapi ada keluarga yang hanya sebagian dari anggotanya yang mengidap penyakit tersebut. Jika ditotal, terdapat lima belas kepala keluarga yang beranggotakan pengidap down syndrome.
Desa Krebet sebenarnya sudah mendapat banyak perhatian dan bantuan dari pemerintah setempat. Mahasiswa di Ponorogo juga sering memberikan bantuan. Namun, bantuan-bantuan tersebut, menurut Yonatan, tidak memicu warga Desa Krebet untuk mengembangkan usaha. Bantuan yang diberikan hanya fokus pada perbaikan rumah hingga bantuan pangan, seperti beras dan mie instan.
Kondisi yang membuat warga Desa Krebet terkesan hanya mengandalkan bantuan, membawa ide baru bagi Yonatan untuk melakukan aksi sosial. Ia berpikir untuk memberdayakan warga Desa Krebet, terutama pengidap down syndrome, untuk melakukan usaha ternak ayam. Langkah awal pemberdayaan tersebut adalah dengan melakukan pelatihan tentang cara beternak ayam. Selanjutnya, Yonatan membagikan ayam kampung kepada setiap keluarga yang menjadi sasaran aksi sosialnya di Desa Krebet.
Ide untuk beternak ayam awalnya didapat Yonatan melalui hasil konsultasi dengan salah satu temannya dari Fakultas Peternakan UGM, yaitu Ikin. Ikin menyarankan untuk berternak ayam kampung.
Yonatan mengatakan bahwa ia tidak dapat melaksanakan aksi tersebut seorang diri. Oleh karena itu, ia mengajak mahasiswa-mahasiswa di salah satu organisasi yang digelutinya, untuk mencari cara agar usaha ternak ayam di Desa Krebet tetap berjalan. Ide tersebut disetujui oleh organisasi.
Ketika menjalankan proyek ini, Yonatan mengaku kesulitan untuk mengajak para pemuda Ponorogo guna mewujudkan proyeknya. “Jarak menjadi masalah utama yang membuat saya pesimis. Saya sendiri rela pulang pergi Yogyakarta ke Ponorogo untuk melakukan pendekatan ke masyarakat, terutama pemuda,” ucap Yonatan.
Kepercayaan masyarakat terhadap proyek yang akan dilakukan di desa Krebet, menurut Yonatan, masih kurang saat pertama kali ia memperkenalkan ide tersebut. Oleh karena itu, ia berusaha mencari dukungan dari tokoh-tokoh masyarakat di Desa Krebet untuk meraih perhatian masyarakat.
Selain bekerja sama dengan para tokoh masyarakat, Yonatan juga melakukan pendekatan pada masyarakat di Desa Krebet dengan mengadakan kegiatan buka puasa bersama secara gratis. Pada kesempatan ini, warga berkumpul dan Yonatan memberikan informasi tentang dana yang dimiliki serta rencana yang telah disusun bersama organisasinya. Menurut Yonatan, hal tersebut cukup efektif untuk membangkitkan semangat masyarakat dalam mewujudkan ide yang telah ditawarkan.
Dalam menjalankan proyek ini, Yonatan dan beberapa mahasiswa dari organisasinya memanfaatkan sebuah rumah di tengah desa untuk melakukan sosialisasi. Rumah pelatihan tersebut dinamakan Rumah Kasih Sayang. Beberapa warga, terutama pengidap down syndrome yang tinggal di pinggiran desa, merasa bahwa tempat tersebut terlalu sulit dijangkau. Hal ini membuat mereka malas datang ke tempat pelatihan, sehingga yang ikut sosialisasi hanyalah warga yang tinggal di dekat Rumah Kasih Sayang. Hal ini mendorong Yonatan untuk melakukan pelatihan khusus kepada warga yang tinggal di pinggir desa, yaitu dengan mendatangi rumah mereka satu per satu.
Masalah selanjutnya dalam menjalankan proyek ini adalah finansial. Dana yang dikumpulkan Yonatan bersama dengan organisasi sosialnya ternyata tidak cukup, sehingga merogoh kantung pribadi menjadi solusi sementara atas masalah ini.
Yonatan yang saat ini tinggal di Yogyakarta secara rutin pulang ke Ponorogo untuk memantau perkembangan proyek sosialnya. “Memang proyek ini masih jauh dari kata sempurna, namun saya sangat senang, karena sejauh ini, para pemuda Desa Krebet sangat aktif membantu usaha ternak ayam para pengidap down syndrome,” kata Yonatan.
Sama seperti anak muda pada umumnya, Yonatan juga sering mengalami titik di mana ia merasa jenuh. “Setiap orang pasti punya cara sendiri untuk menghilangkan rasa malasnya. Kalau saya ingin menghilangkan malas, dengan datang ke rumah sakit malas,” ungkap Yonatan. Rumah sakit malas merupakan sebutan yang diberikan Yonatan untuk tempat-tempat yang menurutnya bisa menghilangkan malasnya dan membangkitkan kembali semangatnya, salah satunya adalah ruang sekretariat organisasi yang ia geluti.
Banyak keinginan yang masih ingin diwujudkan oleh Yonatan terutama dalam hal-hal sosial. “Dengar berita di Kulon Progo ada longsor, saya langsung ingin memetakan daerah rawan longsor di Yogyakarta. Saya selalu ingin mengatasi masalah yang ada di sekitar saya tinggal,” katanya.
Semangat demikian membuat Yonatan tidak hanya aktif dalam kegiatan sosial. Ia juga mengikuti beberapa perlombaan yang berkaitan dengan jurusannya. Pada bulan Oktober 2017 lalu, ia berhasil memperoleh peringkat pertama dalam lomba Leader Student Submit di UGM. Selain itu, ia juga telah menulis sebuah buku yang berisi kumpulan cerpen tentang romantisme remaja serta hal-hal yang berkaitan dengan pemuda dalam mewujudkan nilai-nilai sosial dan keagamaan.
Salah satu tujuan hidup Yonatan adalah berkarya bagi bangsa dan orang-orang di sekelilingnya. “Bagi saya, berbuat kebaikan adalah suatu keharusan selagi kita masih dapat melakukannya. Saya berharap semua usaha yang saya lakukan dapat membantu orang-orang yang membutuhkan,” tutup Yonatan.
Penulis: Fajar, Lorient, Rinaldi (magang)
Editor: Hutricika
1 komentar
Kegiatan sosial yg dilakukan pemuda seperti ini harusnya bisa didukung pengusaha yang sdh sukses dg menyisihkan seberapa yg direlakan untuk menyentuh kaum marginal..semangat ya mas Yonathan…