Satuan Resimen Mahasiswa (Satmenwa) UGM menggelar upacara pembukaan Latihan Pendahuluan dan Pembekalan (LPP) Yudha ke-37. Bertempat di Markas Komando Satmenwa pada Selasa (21/1), upacara ini dihadiri 24 calon anggota satmenwa (camen) yang akan mengikuti pelatihan. Anna Rusdyana, Wakil Ketua Satmenwa UGM, menjelaskan upacara ini merupakan pembuka dari serangkaian acara LPP yang akan berlangsung selama seminggu ke depan. “LPP merupakan latihan pembekalan dasar yang wajib diikuti camen untuk menjadi anggota Satmenwa,” terang mahasiswi Psikologi ’11 tersebut.
Dr. Drs. Senawi, M.P selaku Direktur Kemahasiswaan turut hadir sebagai inspektur upacara. Dalam pidatonya, ia berharap anggota Satmenwa dapat menjadi pemimpin yang baik bagi Indonesia. “Kita membutuhkan pemimpin yang cerdas dan disiplin demi mempercepat pembangunan bangsa,” tegasnya. Senawi juga berharap, keterampilan yang dimiliki anggota Satmenwa melalui latihan ini dapat berguna bagi masyarakat dan bangsa. “Kita bisa lihat, Indonesia sekarang sering dilanda bencana alam. Semoga Satmenwa nanti bersama dengan Pramuka dan Ukesma turut membantu saudara-saudara kita di daerah bencana,” harapnya.
Lebih lanjut, Adi Wira Bhre Anggono, Ketua Satmenwa UGM, menerangkan LPP akan berlangsung selama seminggu di kampus UGM dan Kulon Progo. Para camen akan diajari banyak hal, seperti pengetahuan dasar mengenai Satmenwa, teknik dasar bertempur, tata cara medis, dan sebagainya. Setelah LPP, calon anggota akan mengikuti Pendidikan Dasar (Diksar) Satmenwa di Rindam IV Diponegoro Magelang. “Nantinya TNI AD yang akan melatih di sana. Peserta Diksar Satmenwa ini tidak hanya dari UGM, tapi semua Satmenwa di Yogyakarta,” terang mahasiswa Hubungan Internasional ’11 itu.
Satmenwa UGM adalah UKM Khusus yang bergerak di bidang militer. Berdiri sejak 1977, UKM ini menjadi wadah bagi mahasiswa UGM untuk mengembangkan diri melalui kegiatan kemiliteran. Namun, Bhre menegaskan bahwa Satmenwa tidak lantas mengabaikan identitas anggotanya sebagai mahasiswa. Ia mencontohkan, Satmenwa selama ini mempraktekkan struktur militer hierarkis, dimana bawahan harus patuh pada atasannya. Namun, bawahan dapat menolak perintah atasannya, asalkan alasannya memang rasional.
“Misalnya, ada yang keberatan melaksanakan perintah karena harus kuliah atau praktikum. Ya, tidak masalah. Kita saling paham sebagai sesama mahasiswa,” jelas Bhre.[Hamzah Zhafiri Dicky]
Â
Â